JAKARTA – Layanan angkutan kapal laut perintis Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) Kementerian Perhubungan selama 10 tahun beroperasi, berhasil mengangkut sekitar 7,8 juta penumpang dan 1,3 juta ton barang.
“Secara kumulatif sejak tahun 2015 hingga 2025, angkutan laut perintis penumpang telah melayani 7.899.415 orang penumpang dan mengangkut 1.364.547 ton muatan barang,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Muhammad Masyhud melalui keterangannya, Rabu (15/10/2025).
Masyhud mengatakan, pada tahun 2025, 107 trayek angkutan laut perintis telah melayani 480 pelabuhan singgah di 28 provinsi dan 184 kabupaten/kota dengan capaian realisasi fisik mencapai 2.154 voyage.
Dari 107 trayek tersebut, 30 trayek di antaranya dioperasikan oleh PT. Pelni melalui mekanisme penugasan. Sedangkan untuk 77 trayek lainnya dioperasikan oleh perusahaan angkutan laut nasional melalui mekanisme pemilihan penyedia jasa dengan mekanisme e-catalouge.
Adapun program Angkutan Laut Perintis Barang atau yang lebih dikenal dengan Tol Laut sampai September 2025, telah mencapai 523 voyage dan melayani 104 pelabuhan dari barat hingga timur Indonesia.
“Tercatat total muatan berangkat mencapai sekitar 19.713 TEUs dan 1.328,92 ton, serta muatan balik sebanyak 5.624 TEUs,” kata Masyhud.
Pada tahun 2026, Kementerian Perhubungan berencana melakukan optimalisasi trayek program Tol Laut melalui perubahan mekanisme subsidi beberapa pelabuhan dengan pola subsidi operasional kapal pola subsidi titip kontainer.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengeluaran anggaran pemerintah sekaligus mendorong efektivitas distribusi logistik nasional.
Selain program Tol Laut, layanan Angkutan Rede sampai awal Oktober 2025, telah melayani 75 pelabuhan singgah yang tersebar di 11 provinsi dan 25 kabupaten/kota, dengan realisasi sebanyak 444 trip. Jumlah penumpang naik dan turun mencapai 37.756 orang.
“Program Rede melengkapi fungsi Tol Laut dan angkutan laut perintis penumpang dengan menjangkau daerah-daerah yang belum terlayani kapal besar," tuturnya.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Budi Mantoro, mengatakan pelayanan angkutan kapal laut perintis masih menghadapi sejumlah tantangan. Diantaranya keterbatasan dana, armada kapal, dan infrastruktur pelabuhan yang belum memadai.
“Dengan dukungan seluruh pihak, mulai dari perencanaan rute, penyediaan infrastruktur, hingga penguatan ekosistem logistik daerah, upaya untuk mewujudkan sistem transportasi laut yang tangguh dan berkelanjutan akan semakin cepat terealisasi,” kata Budi.