• News

Otoritas Palestina Nyatakan Siap Operasikan Penyeberangan Rafah

Yati Maulana | Rabu, 15/10/2025 23:05 WIB
Otoritas Palestina Nyatakan Siap Operasikan Penyeberangan Rafah Truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan berbaris di dekat penyeberangan perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, Mesir, 13 Agustus 2025. REUTERS

JENEVA - Otoritas Palestina mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka siap mengoperasikan sisi Gaza dari penyeberangan penting untuk bantuan antara Mesir dan Gaza.

"Sekarang kami siap untuk terlibat lagi, dan kami telah memberi tahu semua pihak bahwa kami siap untuk mengoperasikan penyeberangan Rafah," kata Mohammad Shtayyeh, utusan khusus untuk Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas.

Pada Mei 2024, militer Israel mengambil alih sisi Palestina dari penyeberangan Rafah selatan Gaza yang berbatasan dengan Mesir dan menjadi pusat pengiriman bantuan dan evakuasi korban luka dalam perang Gaza.

Penyeberangan tersebut, yang sempat dibuka kembali antara Februari dan Maret tahun ini, telah menjadi jalur penyelamat bagi warga Palestina di Gaza ke dunia luar, memungkinkan pengiriman bantuan dan evakuasi pasien dari sistem layanan kesehatan yang kolaps.

Shtayyeh mengatakan perjanjian dengan Misi Bantuan Perbatasan Uni Eropa untuk membantu Otoritas Palestina mengelola penyeberangan secara efektif, yang dihentikan sementara pada bulan Maret karena permusuhan kembali terjadi, masih berlaku.

"Kita tidak membutuhkan perjanjian baru. Perjanjiannya sudah ada, dan saya pikir sekarang sedang dalam tahap akhir untuk menyatukan semua bagian agar dapat berfungsi," ujarnya kepada wartawan di Jenewa dalam kunjungan ke Swiss di mana ia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Swiss Ignazio Cassis.

Para pejabat Israel mengatakan mereka telah memutuskan untuk membatasi bantuan, hanya mengizinkan setengah dari jumlah truk bantuan yang disepakati masuk ke Gaza mulai Rabu, dan menunda rencana pembukaan perbatasan selatan ke Mesir karena Hamas telah melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan tidak menyerahkan jenazah para sandera.