• Gaya Hidup

Suka Menggigit Kuku? Ini Menurut Psikologi

M. Habib Saifullah | Rabu, 15/10/2025 12:05 WIB
Suka Menggigit Kuku? Ini Menurut Psikologi Ilustrasi - menggigit kuku (Foto: Istockphoto)

JAKARTA - Kebiasaan menggigit kuku sering dianggap hal sepele, bahkan sebagian orang melakukannya tanpa sadar saat cemas, gugup, atau bosan. Namun di balik kebiasaan sederhana itu, terdapat makna psikologis yang cukup dalam.

Dalam dunia psikologi, perilaku ini dikenal sebagai onychophagia kebiasaan menggigit kuku secara berulang. Tindakan ini bukan sekadar kebiasaan buruk, tetapi bisa mencerminkan kondisi emosional, kepribadian, bahkan tingkat stres seseorang.

1. Kebiasaan yang Sering Muncul Tanpa Sadar

Banyak orang mulai menggigit kuku sejak kecil dan terus terbawa hingga dewasa. Biasanya dilakukan saat seseorang merasa tegang, khawatir, atau sedang berpikir keras.

Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, kebiasaan ini sering dikaitkan dengan kebutuhan untuk mengalihkan rasa gelisah atau ketegangan batin.

Menggigit kuku memberikan rasa lega sementara karena tubuh melepaskan sedikit dopamin — hormon yang menimbulkan efek nyaman sesaat. Namun sayangnya, rasa lega itu tidak bertahan lama dan sering berulang dalam situasi stres berikutnya.

2. Cerminan Kepribadian Perfeksionis

Psikolog dari Université de Montréal, Kieron O’Connor, menemukan bahwa orang yang sering menggigit kuku cenderung memiliki sifat perfeksionis.
Mereka merasa tidak sabar, mudah frustrasi, dan selalu ingin segala sesuatu berjalan sempurna.

Saat tidak bisa mencapai ekspektasi yang diinginkan, mereka menyalurkan ketegangan melalui kebiasaan fisik seperti menggigit kuku, mengetuk meja, atau memainkan rambut.

3. Tanda Stres dan Kecemasan

Kebiasaan menggigit kuku juga dapat menjadi indikator stres kronis atau kecemasan berlebih.

Ketika seseorang merasa tertekan, tubuh mencari cara otomatis untuk menenangkan diri. Aktivitas menggigit kuku menjadi bentuk coping mechanism atau pelampiasan bawah sadar untuk meredakan ketegangan.

Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa menjadi tanda adanya gangguan seperti obsessive-compulsive disorder (OCD) ringan, di mana seseorang melakukan tindakan berulang untuk menenangkan pikirannya.

4. Kebosanan dan Ketidaksabaran

Tidak semua kebiasaan menggigit kuku berakar dari stres. Sebagian orang melakukannya karena bosan atau tidak tahu harus berbuat apa. Saat otak tidak mendapat stimulasi, tubuh mencari aktivitas kecil yang bisa dilakukan tanpa berpikir — salah satunya menggigit kuku.

Kondisi ini sering dialami oleh orang yang aktif secara mental tetapi tidak memiliki kegiatan yang cukup menantang.