• Sains

Omar Yaghi, Putra Pengungsi Palestina Menangkan Nobel Kimia 2025

Yati Maulana | Minggu, 12/10/2025 01:01 WIB
Omar Yaghi, Putra Pengungsi Palestina Menangkan Nobel Kimia 2025 Photo: Dr. Omar Yaghi. Photo courtesy of Omar Yaghi.

STOCKHOLM - Omar Yaghi adalah salah satu dari tiga ilmuwan yang memenangkan Hadiah Nobel Kimia 2025. Selain Yaghi, dua ilmuwan lainnya yaitu Susumu Kitagawa dan Richard Robson. Mereka mengembangkan bentuk baru arsitektur molekuler, yang menghasilkan material yang dapat membantu mengatasi tantangan seperti perubahan iklim dan kekurangan air bersih.

Yaghi adalah seorang profesor di Universitas California, Berkeley, di Amerika Serikat. Yaghi lahir pada tahun 1965 di Amman, Yordania dari pengungsi Palestina. Di Yordania, tempat keluarganya tinggal di rumah satu kamar dengan ternak yang mereka pelihara.

"Ini perjalanan yang luar biasa dan sains memungkinkan Anda melakukannya," ujarnya dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan di situs web Nobel, seraya menambahkan bahwa orang tuanya hampir tidak bisa membaca atau menulis. "Sains adalah kekuatan penyeimbang terbesar di dunia," ujarnya.

Yaghi, yang mengaku takjub dan senang memenangkan penghargaan tersebut, berusia 10 tahun ketika ia menemukan sebuah buku tentang molekul di perpustakaan, dan itu adalah awal dari kecintaannya terhadap kimia seumur hidup.

"Semakin dalam Anda menggali, semakin indah Anda menemukan konstruksi berbagai hal," ujarnya kepada situs web Nobel.

Dalam beberapa liputan disebutkan bahwa rumah keluarganya sempit, tanpa listrik tetap, dan kadang dengan akses air minimal, yang ikut membentuk kesadaran awal Yaghi tentang kelangkaan sumber daya.

Pada usia sekitar 15 tahun, ia pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan. Karena kemampuan bahasa Inggrisnya masih terbatas, ia memulai pendidikan di community college sebelum pindah ke Universitas di New York.

Ia menyelesaikan gelar S1 di bidang kimia (cum laude) pada 1985 dan kemudian melanjutkan studi doktoral di University of Illinois Urbana‑Champaign, yang diselesaikannya pada tahun 1990.

Setelah meraih gelar Ph.D., Yaghi menjadi peneliti pascadoktoral di Harvard University dari 1990 hingga 1992.

Kemudian, ia memulai posisi fakultas di Arizona State University pada 1992 sebagai asisten profesor.

Pada 1999, ia pindah ke University of Michigan sebagai profesor, kemudian ke UCLA pada 2006 (atau 2007 menurut beberapa sumber), dan akhirnya sejak 2012 ia menjadi profesor di University of California, Berkeley.

Di Berkeley, ia memegang jabatan sebagai James and Neeltje Tretter Chair dan juga menjalankan peran kepemimpinan di berbagai institut penelitian, seperti Kavli Energy NanoSciences Institute.

Dalam dekade 1990‑an, bersama timnya, ia merancang struktur metal‑organic frameworks (MOFs) pertama yang stabil dan dapat diubah-ubah — memungkinkan mereka untuk menyerap, menyimpan, atau melepaskan gas dan molekul tertentu.

Seiring waktu, lebih dari 100.000 struktur MOF berbeda telah disintesis, dengan aplikasi dalam penangkapan karbon dioksida, pemanenan air dari udara kering, penyimpanan gas, dan katalisis kimia.

Yaghi juga memperluas karyanya ke covalent organic frameworks (COFs) dan zeolitic imidazolate frameworks (ZIFs), yang memperluas ragam aplikasi struktur berpori ini.

Salah satu inovasi nyata adalah alat “water harvester” berbasis MOF, yang bisa menarik uap air dari udara sangat kering untuk menghasilkan air minum.

Yaghi telah menerima banyak penghargaan ilmiah bergengsi sebelum Nobel, termasuk Wolf Prize di bidang kimia pada 2018.

Ia juga menjadi anggota akademi ilmu pengetahuan nasional dan internasional, serta memimpin atau mendirikan institusi ilmiah global seperti Berkeley Global Science Institute.

Latar belakangnya sebagai imigran muda, seorang yang harus menyesuaikan diri dengan bahasa dan budaya baru, sering dijadikan sorotan sebagai bagian dari kisah inspiratif kariernya.