• Musik

Sejarah Jazz, Salah Satu Genre Musik Tertua di Dunia

M. Habib Saifullah | Sabtu, 11/10/2025 20:05 WIB
Sejarah Jazz, Salah Satu Genre Musik Tertua di Dunia Konser musik Jazz (FOTO: TRAVEL TRIANGLE)

JAKARTA - Musik jazz menjadi kisah panjang tentang suara, kebebasan, dan perpaduan budaya. Lahir di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19, jazz tumbuh dari keresahan, kerja keras, dan semangat hidup masyarakat kulit hitam yang mencari ruang untuk mengekspresikan diri.

Kini, lebih dari seabad kemudian, jazz telah menjelma menjadi salah satu genre musik tertua dan paling berpengaruh di dunia, dari bar kecil di New Orleans hingga festival megah di seluruh penjuru bumi.

Awalnya, jazz bukanlah musik yang dipelajari di sekolah atau dimainkan di konser mewah. Ia lahir di jalanan, di antara para pekerja, budak, dan masyarakat biasa yang membawa tradisi musik Afrika ke Amerika.

Di sana, dentuman drum, teriakan kerja, dan nyanyian spiritual bersatu dengan instrumen Barat seperti trompet, klarinet, dan piano. Dari percampuran inilah lahir irama yang khas bebas, penuh improvisasi, dan sulit ditebak. Itulah napas pertama dari musik jazz.

Pada awal abad ke-20, kota New Orleans menjadi pusat kelahiran musik ini. Di sana, musik jazz tumbuh subur di klub malam, pesta rakyat, dan karnaval jalanan.

Salah satu tokoh awal yang disebut-sebut sebagai pelopor adalah Buddy Bolden, pemain kornet dengan gaya improvisasi berani yang kemudian menginspirasi banyak musisi setelahnya.

Dari kota pelabuhan ini, jazz mulai mengalir ke berbagai kota besar Amerika seperti Chicago dan New York, mengikuti migrasi masyarakat kulit hitam yang mencari kehidupan baru.

Memasuki tahun 1920-an, jazz mengalami masa yang disebut sebagai The Jazz Age, atau zaman keemasan jazz. Musik ini menjadi simbol kebebasan dan gaya hidup baru setelah Perang Dunia I.

Di bar-bar dan teater Amerika, orang-orang menari diiringi musik swing — ritme cepat dan energik yang menjadi ciri khas era tersebut. Dari masa inilah muncul nama besar seperti Louis Armstrong, sang legenda dengan suara serak khas dan permainan terompet yang brilian.

Ketika dunia memasuki tahun 1940-an, jazz kembali berevolusi. Para musisi muda mulai bereksperimen dengan bentuk musik yang lebih kompleks dan cepat. Lahirnya gaya bebop menandai babak baru jazz — tidak lagi hanya untuk menari, tetapi juga untuk berpikir.

Nama-nama seperti Charlie Parker, Dizzy Gillespie, dan Thelonious Monk memperkenalkan jazz yang lebih intelektual, dengan harmoni rumit dan improvisasi mendalam. Musik ini menjadi bahasa perlawanan terhadap arus komersial dan simbol ekspresi kebebasan individu.

Perubahan terus berlanjut pada dekade 1960–1970-an. Jazz mulai bersentuhan dengan musik rock, funk, dan elektronik, melahirkan gaya jazz fusion. Sosok seperti Miles Davis dengan album fenomenalnya Bitches Brew menjadi pelopor yang membawa jazz ke ranah eksperimental.

Dalam periode ini pula, musisi seperti Herbie Hancock dan Weather Report memperkenalkan warna baru yang menggabungkan kebebasan jazz dengan irama modern.

Hingga kini, jazz tetap hidup dan berkembang. Ia menyesuaikan diri dengan zaman tanpa kehilangan jati diri. Di era modern, jazz bersanding dengan hip-hop, R&B, hingga musik tradisional berbagai negara.

Festival jazz digelar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang memiliki Java Jazz Festival, salah satu ajang musik jazz terbesar di Asia. Generasi muda pun mulai kembali melirik jazz sebagai bentuk ekspresi yang otentik dan elegan.