JAKARTA - Bagi banyak orang, kopi mungkin hanyalah minuman pengusir rasa kantuk. Namun, dalam pandangan tasawuf, kopi memiliki dimensi makna yang jauh lebih mendalam.

Sejak berabad-abad lalu, para sufi menjadikan kopi sebagai teman dalam perjalanan spiritual mereka. Minuman ini dipercaya membantu menjaga kesadaran dan stamina saat berzikir atau beribadah di malam hari. Tradisi tersebut bahkan melahirkan doa khusus yang dibacakan sebelum meneguk kopi.

Doa itu bukan sekadar ritual formalitas, melainkan ungkapan permohonan agar setiap tegukan membawa berkah dan semangat ruhani, bukan sekadar efek kafein yang mengusir kantuk. Dalam konteks ini, kopi tidak lagi sekadar minuman, melainkan bagian dari laku spiritual yang menyatukan kenikmatan duniawi dengan kesadaran ilahi.

Berikut doa yang sering diamalkan:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي صُحْبَةِ القَهْوَةِ وَبَارِكْ لَنَا فِيهَا وَاجْعَلْهَا عَوْنًا لَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Allāhumma aj‘alnā fī ṣuḥbatil-qahwati wa bārik lanā fīhā wa aj‘alhā ‘awnan lanā ‘alā ṭā‘atik.

“Ya Allah, jadikanlah kami dalam kebersamaan dengan kopi, berkahilah ia bagi kami, dan jadikanlah ia sebagai penolong kami dalam ketaatan kepada-Mu.”

Bagi kalangan sufi, kopi bukan hanya penghilang kantuk, tetapi simbol kesadaran spiritual. Dengan doa ini, mereka memohon agar setiap tegukan kopi menguatkan tubuh untuk tetap terjaga, berdzikir, dan mendekatkan diri kepada Allah.

Sejarah mencatat bahwa tradisi minum kopi di kalangan sufi berkembang sejak abad ke-15 di Yaman, ketika para ulama tarekat menggunakannya untuk mendukung kegiatan ibadah malam. Dari sana, kopi menyebar ke Mekkah, Turki Utsmani, hingga ke seluruh dunia.

Mengamalkan doa minum kopi bukanlah kewajiban, tetapi sebagai wasilah (perantara) untuk mengingat Allah dalam aktivitas sehari-hari. Dengan doa ini, secangkir kopi sederhana pun dapat bernilai ibadah ketika diniatkan untuk kebaikan dan penguat ibadah.