JAKARTA - Tanggal 10 Oktober setiap tahunnya selalu dipenuhi dengan berbagai peringatan penting tingkat dunia yang sarat makna kemanusiaan. Tahun ini, sejumlah isu global kembali menjadi sorotan, mulai dari kesehatan jiwa hingga perjuangan melawan hukuman mati.
Hari ini diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (World Mental Health Day). Peringatan ini menggarisbawahi pentingnya perhatian terhadap kondisi mental masyarakat yang hidup di tengah konflik, bencana alam, atau krisis kemanusiaan. WHO menekankan bahwa dukungan psikososial bukanlah pelengkap, melainkan bagian penting dari upaya penyelamatan jiwa.
Dalam pernyataannya, WHO menyebut bahwa krisis kemanusiaan sering kali memperparah gangguan mental seperti depresi dan trauma. Sayangnya, layanan kesehatan jiwa di banyak negara masih belum menjadi prioritas dalam sistem tanggap darurat.
Oleh karena itu, momentum peringatan ini diharapkan dapat mendorong negara-negara untuk lebih serius mengintegrasikan program kesehatan mental ke dalam kebijakan publik dan sistem penanganan bencana.
Masih di tanggal yang sama, dunia juga memperingati Hari Menentang Hukuman Mati Sedunia (World Day Against the Death Penalty). Peringatan ini menjadi simbol perjuangan global dalam menolak praktik eksekusi sebagai bentuk hukuman.
Uni Eropa bersama Dewan Eropa dalam pernyataan bersama menegaskan bahwa hukuman mati tidak memiliki tempat dalam masyarakat modern. Selain dianggap tidak manusiawi, hukuman mati juga dinilai tidak efektif sebagai upaya pencegahan kejahatan. Hingga kini, lebih dari dua pertiga negara di dunia telah menghapus hukuman mati dari sistem hukum mereka.
Di Prancis, isu ini kembali mencuat setelah makam Robert Badinter, mantan Menteri Kehakiman yang berjasa besar dalam penghapusan hukuman mati di negara tersebut, dirusak oleh vandalisme menjelang upacara penghormatan di Panthéon, Paris. Kejadian itu memicu kecaman luas dari publik dan pejabat negara, yang menilai tindakan tersebut sebagai bentuk tidak hormat terhadap perjuangan kemanusiaan.
Selain dua peringatan besar itu, 10 Oktober juga menjadi Hari Tuna Wisma Sedunia (World Homeless Day). Momentum ini dimanfaatkan berbagai organisasi sosial di dunia untuk menggalang dukungan terhadap upaya penanggulangan tunawisma dan peningkatan akses tempat tinggal layak.
Sementara itu, beberapa negara juga merayakan hari bersejarah mereka. Taiwan memperingati Double Ten Day, yang merupakan Hari Nasional untuk mengenang awal Revolusi 1911.
Di Fiji, masyarakat merayakan Fiji Day, menandai momen kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1970. Adapun Curaçao, wilayah otonom dalam Kerajaan Belanda, memperingati Curaçao Day sebagai simbol kedaulatan dan kebanggaan nasional.
Dari dunia teknologi, perusahaan Apple turut memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dengan meluncurkan penghargaan khusus “Mindfulness Award” bagi pengguna Apple Watch yang melakukan meditasi atau refleksi diri setidaknya sepuluh menit pada hari ini. Langkah ini menjadi simbol komitmen Apple dalam mendorong keseimbangan antara teknologi dan kesehatan mental.
Sementara itu, kampanye kesadaran kesehatan mental juga digaungkan di dunia hiburan. Grup K-pop Tomorrow X Together (TXT) bersama UNICEF mengajak generasi muda untuk lebih terbuka membicarakan kesehatan mental. Dalam wawancara eksklusif, para anggota mengaku bahwa mereka pun pernah mengalami tekanan emosional di masa awal karier, dan kini ingin menginspirasi para penggemar agar berani mencari bantuan profesional jika menghadapi masalah serupa.
Di sisi lain, Amerika Serikat masih diwarnai kontroversi terkait pelaksanaan hukuman mati terhadap Roy Lee Ward, terpidana kasus pemerkosaan dan pembunuhan remaja berusia 15 tahun. Eksekusi yang dijadwalkan hari ini di Indiana kembali menimbulkan perdebatan antara kelompok pro dan kontra hukuman mati.
Peringatan global yang jatuh pada 10 Oktober 2025 ini menjadi momentum refleksi bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kesehatan jiwa, keadilan hukum, dan kesejahteraan sosial adalah tiga isu kemanusiaan yang saling berkaitan dan membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak.
Di tengah tantangan modern yang kian kompleks, semangat kemanusiaan yang melandasi berbagai peringatan hari ini diharapkan mampu menginspirasi langkah nyata menuju dunia yang lebih peduli, adil, dan berkeadaban.