JAKARTA - Ketua MPR RI Ahmad Muzani menilai tragedi ambruknya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur momentum meningkatkan standar konstruksi bangunan.
Menurut Muzani standar konstruksi bangunan untuk memastikan keselamatan siswa, santri, dan mahasiswa bukan hanya harus diterapkan di lingkungan pondok pesantren, melainkan di semua lembaga pendidikan, baik agama maupun non-agama.
"Peristiwa ini harus menjadi sebuah pelajaran bagi semua," kata Muzani di kantor BPK RI Jakarta, Selasa (7/10).
Menurut dia, tragedi yang terjadi di Pondok Pesantren Al Khoziny sangat memprihatinkan dan memilukan bagi seluruh pihak. Pasalnya, kata dia, kejadian itu menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.
"Tentu saja kami prihatin dan ikut berduka cita atas peristiwa tersebut," kata Muzani.
Sekjen DPP Partai Gerindra ini mempercayakan pihak kepolisian guna menyelidiki dan mengusut tragedi itu agar bisa menjadi pelajaran penting bagi seluruh penyelenggara pendidikan.
"Saya percaya mudah-mudahan apa yang akan diputuskan oleh pihak yang berwenang akan menjadi keputusan yang terbaik," katanya.
Perkembangan terbaru, Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Surabaya telah menerima total 62 kantong jenazah korban ambruknya mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, hingga Selasa siang.
“Insya Allah hari ini DNA sudah ada yang jadi, nanti kami rekonsiliasi jam 15.00 WIB. Mudah-mudahan cepat, dan setelah maghrib bisa kami sampaikan hasilnya ke rekan-rekan,” kata Kepala Biddokkes Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) Kombes Pol Khusnan Marzuki.
Dari total 62 kantong jenazah yang diterima, tujuh diantaranya berisi potongan tubuh (body part), sementara sisanya merupakan jenazah utuh yang masih dalam proses pencocokan identitas.