• News

Pemilih Suriah Ikuti Pemungutan Suara Parlemen Pertama pasca-Assad Hari Ini

Yati Maulana | Minggu, 05/10/2025 16:05 WIB
Pemilih Suriah Ikuti Pemungutan Suara Parlemen Pertama pasca-Assad Hari Ini Pemandangan drone menunjukkan parlemen Suriah, saat pemerintah Suriah mengumumkan akan mengadakan pemilihan parlemen pertama sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad, di Damaskus, Suriah, 21 September 2025. REUTERS

DAMASKUS - Anggota dewan elektoral Suriah akan berkumpul pada hari Minggu untuk memberikan suara bagi para anggota parlemen baru. Ini adalah sebuah tonggak sejarah dalam peralihan negara dari rezim Bashar al-Assad yang digulingkan dan ujian besar bagi inklusivitas di bawah pemerintahan Islamis saat ini.

Presiden Ahmed al-Sharaa, yang berkuasa setelah serangan pemberontak menggulingkan Assad pada bulan Desember, sedang berusaha untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya atas negara yang terpecah belah oleh perang selama 14 tahun dan serangkaian kekerasan sektarian yang memicu ketidakpercayaan terhadapnya di kalangan minoritas.

Pemungutan suara tidak langsung akan melibatkan 6.000 elektor yang memberikan suara di electoral college regional mulai sekitar pukul 09.00 waktu setempat (06.00 GMT), dengan pemungutan suara ditutup sekitar pukul 17.00 (14.00 GMT). Sebuah komite yang ditunjuk oleh Sharaa menyetujui 1.570 kandidat yang menunjukkan platform mereka dalam seminar dan debat minggu ini.

Namun, kampanye pemilihan umum berlangsung tenang, tanpa poster atau papan reklame yang terlihat di kota-kota besar, kata wartawan Reuters.

Pemungutan suara hari Minggu akan menentukan dua pertiga dari 210 kursi parlemen, dan hasilnya diperkirakan akan keluar pada malam yang sama. Namun, badan legislatif baru akan resmi dibentuk setelah Sharaa, mantan pejuang Al Qaeda, memilih sepertiga sisanya.

Pihak berwenang mengatakan mereka memilih sistem ini, alih-alih hak pilih universal, karena kurangnya data kependudukan yang andal dan menyusul pengungsian jutaan warga Suriah akibat perang.

Dengan alasan keamanan dan politik, mereka menunda pemungutan suara di tiga provinsi yang dikuasai kelompok minoritas - menyisakan 19 kursi di parlemen kosong.

Para kritikus mengecam langkah-langkah tersebut, dengan mengatakan bahwa pemungutan suara parsial dan tidak langsung tidak representatif dan terlalu terpusat. Para analis mengatakan bahwa pemilihan 70 anggota parlemen oleh Sharaa pada akhirnya akan menentukan efektivitas dan legitimasi badan baru tersebut: memilih anggota parlemen perempuan atau minoritas dapat menambah keberagaman, tetapi para loyalis dapat membantunya mengeluarkan undang-undang tanpa gugatan legislatif.