BOGO - Pihak berwenang Filipina mengatakan pada hari Kamis bahwa operasi pencarian dan penyelamatan di provinsi Cebu yang dilanda gempa telah berakhir, karena jumlah korban tewas saat ini yang mencapai 72 orang diperkirakan tidak akan jauh lebih tinggi dan orang-orang hilang telah tercatat.
Perhatian kini beralih ke pemberian bantuan kepada para penyintas gempa berkekuatan 6,9 skala Richter yang telah menjadi gempa paling mematikan di negara itu dalam lebih dari satu dekade.
Gempa yang melanda perairan di lepas pantai pulau tengah Cebu pada Selasa malam telah menyebabkan lebih dari 20.000 orang mengungsi, sementara lebih dari 300 orang terluka.
Pada hari Kamis, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengunjungi Bogo, kota berpenduduk sekitar 90.000 jiwa yang paling parah terdampak, berusaha meyakinkan para pengungsi dan mencatat bahwa operasi bantuan menjadi rumit akibat kerusakan infrastruktur yang meluas.
"Kami mengalami kesulitan karena kami tidak memiliki tempat untuk menampung keluarga-keluarga yang mengungsi karena kami tidak yakin dengan integritas pusat-pusat evakuasi," ujarnya kepada para wartawan.
"Kami akan memastikan adanya pasokan makanan, air, dan listrik – satu set pembangkit listrik jika diperlukan. Apa pun yang dibutuhkan masyarakat, kami akan memastikan kami dapat menyediakannya."
Banyak korban tewas ketika bangunan dan rumah runtuh – baik akibat gempa itu sendiri maupun tanah longsor yang menyusulnya. Hujan deras dan tidak adanya listrik juga menghambat upaya penyelamatan.
Filipina terletak di "Cincin Api" Pasifik – sabuk gunung berapi yang rawan gempa bumi yang membentang dari Amerika Selatan hingga Timur Jauh Rusia. Wilayah ini mengalami lebih dari 800 gempa bumi setiap tahunnya.