JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Anis Matta berbagai perspektif tentang diplomasi dan tantangannya ke depan di forum "Youth Diplomacy: Muhammadiyah Diplomats as Catalyst of Global Change", yang digelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (26/9/2025).
"Saya sampaikan bahwa diplomasi saat ini tak lagi sama dengan semua pelajaran diplomasi yang sebelumnya jamak dipelajari," kata Anis Matta dalam keterangannya, Minggu (28/9/2025).
Menurut dia, dinamika geopolitik global sekarang sedang memasuki masa perubahan tatanan global. Dimana fase tatanan lama mati, tetapi tatanan baru belum lahir. "Gejolak dan krisis menjadi penanda situasi ini," katanya.
Karenanya, dibutuhkan diplomat ulung yang punya kemampuan berpikir untuk memahami proses yang sedang berlangsung di balik layar agar diplomasi memberikan posisi tawar yang tepat.
"Saya menggunakan analogi dan sebutan `Diplomasi Dapur` sebagai gambaran tantangan diplomasi saat ini dan masa mendatang," ujar Anis Matta.
Sebagai seorang diplomat, agar mengerti `rahasia dapur` yang dikelola, maka diperlukan kemampuan untuk mengetahui cara berpikir orang-orang yang berada di dapur tersebut.
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia ini juga menjadikan proses lahirnya Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan sebagai contoh kemampuan berpikir dan diplomasi ini.
"Beliau adalah diplomat yang luar biasa. Beliau menyaksikan Khalifah Ustmani akan runtuh dan mulai berpikir dan mencari celah apa yang bisa dilakukan dalam periode seperti itu. Lalu, beliau mendirikan Muhammadiyah," katanya.
Sebab, peran diplomat yang paling pokok adalah menghadapi pergulatan pemikiran yang sedang berlangsung seperti yang terjadi sekarang ini, adalah adanya tarik ulur pergulatan pemikiran.
"Jadi kalau kita mau belajar tentang teknik diplomasi, maka kita harus memahami prosesnya, karena proses inilah yang akan berlangsung lama dan ada tarik ulur untuk menghasilkan tatanan baru," katanya.