Ahli Diet Ungkap Bahayanya Melewatkan Waktu Makan

Vaza Diva | Rabu, 24/09/2025 08:30 WIB
Ahli Diet Ungkap Bahayanya Melewatkan Waktu Makan Ilustrasi - ini dampak negatif sering melewatkan waktu makan menurut ahli gizi (Foto: Unsplash/Sander Dalhuisen)

JAKARTA - Melewatkan sarapan, mengikuti tren puasa intermiten, atau menunda makan hingga jam makan siang karena kesibukan bisa berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Menurut ahli diet Christy Harrison yang dikutip dari Eatingwell pada Selasa, “Menurut saya tidak ada manfaat potensial dari berpuasa atau melewatkan makan, dan justru ada bahaya yang sangat nyata.”

1. Kecemasan

Terlalu lama tidak makan bisa berdampak pada kesehatan mental. Tubuh akan memproduksi kortisol, hormon stres, untuk membantu menstabilkan gula darah, tetapi hal ini juga menciptakan respons stres dalam tubuh.

2. Energi rendah

Melewatkan makan membuat kalori yang dibutuhkan tubuh menjadi sedikit, menyebabkan tubuh terasa lemas dan otak kekurangan energi untuk berfungsi optimal.

3. Gangguan sinyal lapar dan kenyang

Hormon lapar dan kenyang seperti leptin dan ghrelin akan terganggu. Jika diabaikan, hal ini bisa membuat seseorang kehilangan kendali atas rasa lapar dan kenyang, menimbulkan konsekuensi negatif bagi kesehatan.

4. Dorongan makan berlebihan

Mengabaikan sinyal lapar juga bisa memicu pikiran terus-menerus tentang makanan, hingga makan secara berlebihan. Pola makan yang tidak teratur meningkatkan risiko obesitas dan sindrom metabolik.

5. Kekurangan nutrisi

Melewatkan waktu makan berarti kehilangan kesempatan memenuhi kebutuhan nutrisi penting bagi tubuh.

6. Pencernaan terganggu

Kebiasaan ini bisa menyebabkan mual, diare, atau sembelit. Jika terjadi secara terus-menerus, sistem pencernaan akan semakin terganggu.

7. Risiko gangguan makan meningkat

Orang yang sering berpuasa atau melewatkan makan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan makan.

8. Menurunnya kenikmatan makan

Ketika jam makan terasa seperti tugas yang harus diselesaikan, makan menjadi kurang menyenangkan. Harrison menyarankan agar makan dilakukan dengan kesadaran penuh, fokus, dan mempercayai tubuh sebagai panduan.