JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa rumah sakit di Gaza berada di “ambang kehancuran” karena invasi darat militer Israel semakin masuk ke wilayah kantong yang terkepung itu.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada hari Kamis (18/9/2025) bahwa serangan Israel, yang saat ini berpusat di Kota Gaza, "menimbulkan gelombang pengungsian baru, memaksa keluarga-keluarga yang trauma ke wilayah yang semakin menyempit dan tidak layak untuk martabat manusia".
Tank dan pesawat tempur Israel menggempur Kota Gaza pada hari Kamis, menyebabkan warga sipil Palestina yang ketakutan berlarian menyelamatkan diri saat militer mengintensifkan serangannya.
Saluran internet dan telepon diputus di seluruh wilayah kantong itu, sebagai tanda bahwa operasi darat kemungkinan akan meningkat.
Militer terus memfokuskan tembakan ke bagian-bagian kota yang menunjukkan kemajuan pesat ke wilayah tengah dan barat, tempat sebagian besar penduduk berlindung.
"Korban luka dan penyandang disabilitas tidak dapat bergerak ke tempat aman, yang menempatkan nyawa mereka dalam bahaya besar," kata Tedros. "Kami menyerukan agar kondisi tidak manusiawi ini segera diakhiri. Kami menyerukan gencatan senjata."
Setidaknya 14 orang tewas akibat serangan Israel pada Kamis pagi, termasuk sembilan orang di Kota Gaza, kata pejabat rumah sakit kepada Al Jazeera.
Menjelang sore, sedikitnya 29 warga Palestina dilaporkan tewas di wilayah kantong itu sejak fajar, termasuk 19 orang di kota.
Melaporkan dari Nuseirat di Gaza tengah, Hani Mahmoud dari Al Jazeera mengatakan hanya dua rumah sakit di kota terbesar di daerah kantong itu, al-Shifa dan al-Ahli, yang masih berfungsi sebagian.
"Seiring dengan kemajuan tank dan kendaraan lapis baja militer Israel, Kota Gaza hampir dikepung total dengan kekurangan pasokan medis yang parah di dua fasilitas kesehatan yang masih beroperasi," ujarnya.
Meskipun pusat-pusat kesehatan ini masih beroperasi, mereka hampir tidak menyediakan intervensi medis dasar yang dibutuhkan. Di ruang gawat darurat, jumlah korban luka melebihi jumlah tempat tidur yang tersedia.
Staf yang kelelahan dan persediaan yang menipis telah membuat rumah sakit sangat rentan, lanjutnya.
Kekhawatirannya sekarang adalah seiring dengan semakin majunya serangan darat militer Israel, fasilitas-fasilitas ini akan terputus dari dunia luar.
`Bencana`
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan serangan itu telah memaksa ratusan ribu warga Palestina mengungsi ke selatan, memperdalam krisis kemanusiaan yang sudah parah.
Olga Cherevko, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kondisinya “sangat dahsyat”.
“Ada aliran orang yang terus menerus datang dari utara, banyak di antaranya berjalan kaki sejauh 22 km [14 mil] ke `zona kemanusiaan` al-Mawasi – yang diberi label oleh Israel – dengan berjalan kaki,” katanya.
“Kondisi kebersihannya sangat buruk sehingga tentu saja menyebabkan penyebaran penyakit, ruam kulit, dan berbagai macam krisis kesehatan masyarakat.”
Warga Palestina yang mengungsi menggambarkan kondisi kehidupan yang tak tertahankan di tengah genosida yang sedang berlangsung.
"Kami mencari ke mana-mana untuk mencari tempat tinggal yang layak, tetapi menyewa sebidang tanah kecil saja membutuhkan biaya. Kami tidak mampu," ujar Rachid Abdel Latif Shaaban kepada Al Jazeera dari sebuah perkemahan darurat di pusat kota Deir el-Balah. "Di sekitar kami hanya ada sampah, limbah, segala macam polusi, bakteri, dan kuman."
Perempuan pengungsi lainnya, Ayesha Abu Ghof, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia dan anak-anaknya terpaksa tinggal di tempat pembuangan sampah. "Semua anak kami sakit dan menderita berbagai penyakit, dan tidak ada dokter di sekitar, tidak ada obat," ujarnya.
`Kekhawatiran`
Serangan Israel yang terus berlanjut dan kondisi mengerikan yang dialami warga Palestina terus memicu kekhawatiran internasional, tetapi hanya ada sedikit kesepakatan di antara negara-negara Barat tentang cara melakukan intervensi.
Spanyol termasuk di antara kritikus Israel yang paling keras. Pada hari Kamis, Madrid mengumumkan akan mendukung penyelidikan Mahkamah Pidana Internasional yang sedang berlangsung atas dugaan kejahatan perang Israel.
Jaksa Agung Alvaro Garcia Ortiz mengatakan penyelidikan tersebut akan memeriksa apakah telah terjadi "pelanggaran serius" hukum internasional selama perang, yang telah berlangsung selama hampir dua tahun.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan pada hari Kamis bahwa serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 79 orang dan melukai 228 orang dalam periode pelaporan 24 jam terakhir, sehingga total korban tewas sejak dimulainya perang pada bulan Oktober 2023 menjadi 65.141 dan jumlah yang terluka menjadi 165.925. (*)