Ilustrasi Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi yang dijuluki sebagai bapak aljabar (Foto: Wikipedia)
JAKARTA - Sejarah peradaban Islam mencatat banyak ilmuwan besar yang kontribusinya berpengaruh hingga era modern.
Salah satunya adalah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, seorang ilmuwan muslim abad ke-9 yang dikenal sebagai Bapak Aljabar.
Pemikirannya tidak hanya berpengaruh dalam dunia Islam, tetapi juga menjadi fondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Barat.
Al-Khawarizmi lahir sekitar tahun 780 M di Khawarizm, sebuah wilayah di Asia Tengah (sekarang dikenal sebagai Khiva, Uzbekistan).
Ia hidup pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah, khususnya di era Khalifah Al-Ma’mun, yang terkenal mendukung ilmu pengetahuan dan mendirikan Baitul Hikmah di Baghdad.
Di pusat ilmu inilah Al-Khawarizmi berkarya dan menghasilkan penemuan-penemuan penting.
Karya terbesarnya adalah kitab “Al-Kitab al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabalah”, yang berarti Kitab Ringkasan Perhitungan dengan Penyempurnaan dan Penyeimbangan.
Dari istilah al-jabr dalam judul itulah lahir kata aljabar (algebra) yang dikenal dalam ilmu matematika modern.
Dalam kitab ini, Al-Khawarizmi memperkenalkan metode sistematis dalam menyelesaikan persamaan kuadrat, linear, dan penggunaan simbol-simbol dasar matematika.
Kitab tersebut menjadi rujukan utama di universitas-universitas Eropa selama berabad-abad setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Selain aljabar, Al-Khawarizmi juga menulis karya tentang aritmatika, astronomi, dan geografi. Ia memperkenalkan sistem angka desimal dan penggunaan angka nol yang berasal dari peradaban India, lalu disempurnakan dalam karyanya.
Dari namanya pula, istilah algoritma (algorithm) berasal, sebuah konsep yang kini menjadi dasar teknologi komputer modern.