Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson berbicara dalam konferensi pers di Roma, Italia, 26 Februari 2025. REUTERS
STOCKHOLM - Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson menuduh mitranya dari Hungaria menyebarkan "kebohongan yang keterlaluan". Sebelumnya, Viktor Orban mengatakan negara Nordik itu "runtuh" karena geng-geng mempekerjakan banyak anak-anak sebagai pembunuh.
Orban, seorang nasionalis euroskeptis yang menghadapi pemilu yang kemungkinan sulit pada tahun 2026, secara rutin berusaha menggalang dukungan dengan menggambarkan kemerosotan moral di negara-negara Barat lainnya, dan membandingkannya dengan Hongaria.
"Pengabaian nilai-nilai tradisional, pengabaian akal sehat, dan pemerintahan yang lemah telah menyebabkan barbarisme berakar di negara asal salah satu negara terbesar di Eropa," tulis Orban di X pada Senin pagi.
Berbicara dalam video yang menyertainya, pemimpin Hongaria tersebut mengatakan lebih dari 280 gadis di bawah umur telah ditangkap di Swedia atas tuduhan pembunuhan.
Swedia telah mengakui memiliki masalah dengan kekerasan geng, dan pekan lalu mengatakan berencana untuk menurunkan usia pertanggungjawaban pidana menjadi 13 tahun dari 15 tahun, menyusul peningkatan perekrutan anak-anak oleh geng. Total delapan anak perempuan berusia 15-17 tahun diduga melakukan pembunuhan atau pembunuhan tidak berencana di Swedia pada tahun 2024, menurut Dewan Nasional Swedia untuk Pencegahan Kejahatan, badan pemerintah yang bertanggung jawab menyimpan statistik kejahatan.
Pada bulan Maret, Swedia menyatakan tingkat pembunuhan dan pembunuhan tidak berencana turun tajam tahun lalu ke level terendah sejak 2014, karena peningkatan pengawasan mengurangi kejahatan geng yang telah mendorong kematian terkait senjata api ke level tertinggi di Uni Eropa.
Menanggapi unggahan Orban, Perdana Menteri Swedia mengatakan bahwa pemimpin Hongaria "putus asa" menjelang pemungutan suara tahun depan.
"Ini adalah kebohongan yang keterlaluan. Tidak mengherankan jika hal ini datang dari orang yang menghancurkan supremasi hukum di negaranya sendiri," tulis Kristersson di X.
Orban sering berselisih dengan Komisi Eropa mengenai kebijakan migrasi pemerintahnya dan langkah-langkahnya untuk mengekang kebebasan media dan hak-hak LGBTQ. Ia menunda keanggotaan Swedia di NATO pada tahun 2022 dan 2023, dengan alasan keluhan atas kritik Swedia terhadap catatan Hongaria dalam hal demokrasi dan supremasi hukum.
Zoltan Novak, seorang analis di Centre for Fair Political Analysis, sebuah lembaga riset Hongaria, mengatakan Swedia tampaknya menjadi target yang hampir acak dan Orban bisa saja menyerang negara lain seperti Prancis atau Jerman.