JAKARTA - Dalam ajaran Islam, doa adalah penghubung seorang hamba dengan Tuhannya. Setiap waktu sejatinya adalah kesempatan untuk memohon ampunan, rezeki, dan kebaikan.

Namun, dalam tradisi sebagian ulama, terdapat doa-doa khusus yang dianjurkan dibaca pada hari-hari tertentu dalam sepekan. Salah satunya adalah doa yang dibaca pada hari Minggu, atau dalam bahasa Arab disebut al-Ahad yang berarti “satu”. Penamaan ini erat kaitannya dengan tauhid, yakni keesaan Allah SWT.

Hari Minggu sering dipandang sebagai awal dari sebuah perjalanan. Karenanya, doa di hari ini mengandung harapan agar pekan yang baru dimulai dipenuhi kebaikan, keberuntungan, dan keberhasilan. Doa yang diajarkan berbunyi:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَوَّلَ هَذَا الْيَوْمِ صَلَاحًا، وَأَوْسَطَهُ فَلَاحًا، وَآخِرَهُ نَجَاحًا، أَسْأَلُكَ خَيْرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Allāhummaj‘al awwala hādzal-yaumi shalāḥan, wa ausaṭahu falāḥan, wa ākhirahu najāḥan, as’aluka khaira ad-dunyā wal-ākhirah yā arḥamar-rāḥimīn.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah awal hari ini sebagai kebaikan, pertengahannya keberuntungan, dan akhirnya keberhasilan. Aku memohon kepada-Mu kebaikan dunia dan akhirat, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih di antara para pengasih.”

Doa ini dapat ditemukan dalam berbagai kitab doa klasik, di antaranya al-Adzkar karya Imam an-Nawawi dan Majmu’ Syarif yang banyak diamalkan di pesantren-pesantren Nusantara. Ada pula ulama sufi yang menempatkan doa ini dalam kumpulan wirid harian seperti Ratib al-Haddad.

Membaca doa di hari Minggu bukan sekadar mengawali pekan dengan bacaan lisan, melainkan juga menguatkan niat di dalam hati. Ia menjadi penanda bahwa seorang Muslim tidak hanya menata rencana duniawi, tetapi juga menggantungkan harapan kepada Sang Khalik. Dengan doa, hati menjadi lebih lapang, langkah lebih mantap, dan pekan yang baru pun dimulai dengan keberkahan.