Ini Tips agar Aman saat Mendaki Gunung

Vaza Diva | Sabtu, 13/09/2025 12:01 WIB
Ini Tips agar Aman saat Mendaki Gunung Ilustrasi - naik gunung (Foto: hellosehat)

JAKARTA - Mendaki gunung tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga kesiapan tubuh dalam menghadapi medan yang menantang. Menurut dr. Pande Putu Agus Mahendra, M.Gizi, Sp.GK, spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, ada sejumlah langkah penting yang sebaiknya dilakukan jauh hari sebelum memulai pendakian.

Ia menekankan bahwa fondasi utama dari aktivitas ekstrem seperti ini adalah kondisi tubuh yang bugar dan pola makan yang seimbang. Tanpa keduanya, risiko cedera maupun gangguan metabolik bisa meningkat, terutama ketika tubuh berada di ketinggian.

Pemeriksaan indikator kesehatan seperti tekanan darah, detak jantung, dan kemampuan tubuh dalam pemulihan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Tes kesehatan tersebut akan membantu menilai apakah tubuh sanggup beradaptasi dengan kondisi lingkungan pegunungan.

Bagi pendaki pemula, medical check-up menyeluruh sangat dianjurkan agar mereka mengetahui batas kemampuan tubuhnya. Hal ini penting agar tidak memaksakan diri dalam kondisi berbahaya.

Di ketinggian, tubuh akan menghadapi tekanan udara yang berbeda, oksigen yang lebih rendah, serta suhu yang dingin. Faktor-faktor ini memengaruhi metabolisme tubuh dan tidak bisa dihadapi tanpa persiapan yang matang.

Karena itu, dr. Pande menyarankan latihan fisik minimal tiga bulan sebelum hari pendakian. Latihan tersebut bermanfaat untuk melatih sistem kardiovaskular, meningkatkan kekuatan otot, serta memperkuat daya tahan tubuh.

Dengan latihan yang konsisten, sistem pernapasan dan sirkulasi darah akan lebih siap menghadapi tantangan berupa penurunan oksigen maupun beban fisik berat saat mendaki.

Selain latihan, nutrisi juga menjadi perhatian penting. Asupan karbohidrat kompleks dan makanan berserat dianjurkan karena dapat menyediakan energi secara bertahap. Sebaliknya, makanan berfermentasi sebaiknya dihindari karena bisa menimbulkan masalah pencernaan di medan dingin, yang berisiko menurunkan kondisi tubuh dan memicu dehidrasi.

Hidrasi pun tak kalah vital. Walaupun udara dingin membuat rasa haus berkurang, tubuh tetap kehilangan cairan. Kekurangan cairan bisa memicu kram, kelelahan, hingga membahayakan keselamatan pendaki.

Tentang penggunaan suplemen, dr. Pande menilai hal itu tidak diperlukan bila tubuh sudah dalam kondisi sehat dan terlatih. Namun, dalam kondisi khusus, kebutuhan suplemen bisa berbeda sehingga sebaiknya dikonsultasikan lebih dulu dengan ahli. Ia mengingatkan bahwa penggunaan suplemen secara sembarangan justru bisa merugikan fungsi organ tubuh.

Sebagai penutup, dr. Pande mengajak para calon pendaki untuk mempersiapkan diri secara fisik maupun nutrisi dengan bijak. Menurutnya, tubuh yang siap tidak hanya menjaga keselamatan, tetapi juga menjadikan pengalaman mendaki lebih nyaman dan berkesan. (ANT)