• Oase

Perang Hudaibiyah dan Gencatan Senjata Ala Nabi Muhammad SAW

M. Habib Saifullah | Rabu, 10/09/2025 13:05 WIB
Perang Hudaibiyah dan Gencatan Senjata Ala Nabi Muhammad SAW Ilustrasi perang masa Nabi Muhammad SAW (Foto: Jernih.co)

JAKARTA - Nabi Muhammad SAW merupakan seorang panglima yang yang memimpin pasukan di medan perang, meski begitu etika dan aturan peperangan tak pernah luput ia lakukan.

Salah satu bukti nyata adalah penerapan gencatan senjata dalam situasi tertentu. Hal ini menegaskan bahwa tujuan utama peperangan dalam Islam bukan sekadar meraih kemenangan, melainkan menjaga perdamaian dan menegakkan keadilan.

Peristiwa yang paling terkenal adalah Perjanjian Hudaibiyah pada tahun 628 M. Kala itu, kaum Muslimin berangkat dari Madinah dengan niat menunaikan umrah di Makkah, namun dihadang oleh kaum Quraisy.

Setelah melalui perundingan panjang, kedua pihak sepakat untuk menandatangani perjanjian yang berisi gencatan senjata selama sepuluh tahun. Meski syarat-syaratnya tampak lebih menguntungkan Quraisy, Nabi Muhammad SAW dengan penuh kebijaksanaan menerimanya.

Beliau mengajarkan kepada para sahabat bahwa menahan diri demi perdamaian lebih mulia dibanding melanjutkan pertikaian.

Selain Hudaibiyah, Rasulullah SAW juga menunjukkan prinsip serupa pada berbagai kesempatan lain. Ketika musuh mengajukan perundingan atau saat ada pihak yang tidak terlibat perang, beliau menahan pasukan untuk tidak bertindak sewenang-wenang.

Bahkan dalam hadis sahih, Rasulullah menegaskan larangan membunuh perempuan, anak-anak, dan orang tua, serta melarang merusak tempat ibadah. Semua ini sejalan dengan semangat gencatan senjata, menahan kekerasan demi terciptanya suasana damai.

Sejarah kemudian membuktikan bahwa Perjanjian Hudaibiyah membawa berkah besar bagi umat Islam. Masa gencatan senjata justru menjadi kesempatan emas bagi dakwah Islam untuk menyebar lebih luas.

Banyak tokoh Quraisy yang akhirnya masuk Islam setelah melihat konsistensi Nabi Muhammad SAW dalam memegang janji dan menjaga perdamaian.