Israel Kirim Tank Lebih Dalam ke Kota Gaza, Pengungsi Bertambah

Yati Maulana | Selasa, 02/09/2025 10:50 WIB
Israel Kirim Tank Lebih Dalam ke Kota Gaza, Pengungsi Bertambah Tank-tank Israel disiagakan, dekat perbatasan dengan Gaza, di Israel, 31 Agustus 2025. REUTERS

KAIRO - Israel mengerahkan tank-tank lebih dalam ke Kota Gaza dan meledakkan kendaraan-kendaraan bermuatan bahan peledak di salah satu pinggiran kota. Sementara serangan udara menewaskan sedikitnya 19 orang pada hari Senin, kata para pejabat dan saksi mata Palestina.

Laporan tersebut muncul ketika presiden asosiasi cendekiawan genosida terkemuka dunia mengatakan telah mengesahkan resolusi yang menyatakan bahwa kriteria hukum telah terpenuhi untuk menetapkan bahwa Israel melakukan genosida di Gaza.

Belum ada tanggapan langsung dari Israel terkait laporan serangan di Kota Gaza maupun pernyataan dari Asosiasi Cendekiawan Genosida Internasional. Israel sebelumnya telah membantah bahwa tindakannya di Gaza merupakan genosida.

Israel terus melanjutkan rencana untuk mengambil kendali penuh atas seluruh Jalur Gaza, dimulai dengan Kota Gaza, dengan tujuan menghancurkan Hamas dan menyelamatkan 48 sandera yang tersisa setelah hampir dua tahun perang.

Warga mengatakan pasukan Israel mengirim kendaraan lapis baja tua ke bagian timur permukiman Sheikh Radwan yang padat penduduk, kemudian meledakkannya dari jarak jauh, menghancurkan beberapa rumah dan memaksa lebih banyak keluarga mengungsi.

Dalam selebaran yang disebarkan di Kota Gaza, militer Israel mengimbau penduduk untuk segera menuju ke selatan, dengan mengatakan bahwa tentara bermaksud memperluas serangannya ke arah barat.

"Orang-orang bingung, bertahan dan mati, atau pergi entah ke mana," ujar warga Sheikh Radwan, Mohammad Abu Abdallah, kepada Reuters.

"Malam itu mengerikan, ledakan tak henti-hentinya, dan drone tak henti-hentinya terbang di atas wilayah tersebut. Banyak orang meninggalkan rumah mereka karena khawatir akan keselamatan mereka, sementara yang lain tidak tahu harus ke mana," kata pria berusia 55 tahun itu melalui aplikasi obrolan.

KEMATIAN, KELAPARAN DILAPORKAN
Militer Israel mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa pasukannya memerangi Hamas di wilayah kantong tersebut dan selama sehari terakhir telah menyerang beberapa bangunan dan pos militer yang telah digunakan untuk melancarkan serangan terhadap pasukannya.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 98 warga Palestina tewas akibat tembakan Israel di wilayah kantong tersebut dalam 24 jam terakhir. Ditambahkan bahwa sembilan orang lagi, termasuk tiga anak-anak, telah meninggal karena kekurangan gizi dan kelaparan selama sehari terakhir, sehingga jumlah kematian akibat penyebab tersebut menjadi setidaknya 348, termasuk 127 anak-anak.

Israel membantah angka kematian akibat kelaparan yang diberikan oleh pemerintah Gaza yang dipimpin Hamas, dengan alasan bahwa kematian tersebut disebabkan oleh penyebab medis lainnya.

Otoritas kesehatan setempat mengatakan 19 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan udara Israel terhadap rumah-rumah di Kota Gaza. Militer Israel belum memberikan komentar langsung mengenai laporan tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan pertemuan kabinet keamanannya pada Minggu malam untuk membahas serangan baru untuk merebut Kota Gaza, yang ia gambarkan sebagai benteng Hamas.

Militer Israel telah memperingatkan para pemimpin politiknya bahwa serangan yang direncanakan di Kota Gaza dapat membahayakan para sandera yang masih ditahan oleh Hamas. Protes di Israel yang menuntut diakhirinya perang dan pembebasan para sandera telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir.

Perang dimulai dengan serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 251 orang. Dua puluh dari 48 sandera yang tersisa diyakini masih hidup.

Kampanye militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 63.000 orang, sebagian besar warga sipil, menurut pejabat kesehatan Gaza, dan telah menjerumuskan wilayah kantong itu ke dalam krisis kemanusiaan serta meninggalkan sebagian besar wilayahnya dalam reruntuhan.

Perundingan gencatan senjata berakhir pada bulan Juli dengan kebuntuan dan upaya untuk menghidupkannya kembali sejauh ini gagal.