BELGRADE - Ilmuwan Serbia telah bereksperimen dengan ulat hongkong sebagai cara untuk mengurai polistirena.
Larisa Ilijin, peneliti utama di Institut Biologi Beograd, mengatakan para ilmuwan telah menemukan bahwa ulat hongkong dapat mencerna berbagai plastik, termasuk polistirena, yang digunakan dalam kemasan, insulasi, dan wadah makanan.
Dalam proyek yang didukung oleh pemerintah dan badan PBB untuk pembangunan internasional, UNDP, serta donor internasional lainnya, mereka telah memasukkan polistirena ke dalam makanan rutin larva kumbang hongkong kuning, atau Tenebrio molitor.
Mereka biasanya memakan apa saja, tetapi membutuhkan pelatihan untuk memakan produk plastik.
"Kami memiliki larva yang telah beradaptasi sejak lama untuk mengurai plastik secara biologis, agar seefisien mungkin dalam prosesnya," kata Ilijin kepada Reuters.
Ia mengatakan bakteri yang hidup di usus mereka memecah plastik menjadi karbon dioksida dan air, dan tidak menunjukkan bukti meninggalkan residu mikroplastik di dalam atau feses mereka.
Penelitian ini didasarkan pada proyek penelitian serupa di AS dan Afrika.
Serbia, yang berharap untuk bergabung dengan Uni Eropa, hanya mendaur ulang 15% sampah kota, jauh di bawah target Uni Eropa sebesar 55% dan kurang dari 2% sampah rumah tangga.
Lebih dari 84% sampah berakhir di sekitar 3.000 tempat pembuangan akhir (TPA), seringkali tidak teregulasi dan dipenuhi plastik, kardus, kertas, dan sampah organik. Lembaga ini sedang mencari cara untuk memenuhi standar pengolahan sampah Uni Eropa.
"Styrofoam membutuhkan waktu lebih dari 500 tahun untuk terurai di alam. Ini akan menjadi salah satu cara yang baik untuk memecahkan masalah sampah plastik di alam," kata Ilijin.
Lembaga ini telah memberikan beberapa wadah berisi ulat hongkong kepada Belinda Animals yang berbasis di Beograd. Lembaga ini sekarang sedang mengembangbiakkannya dan berharap dapat menarik jaringan peternakan serupa.
"Saat memecah 1 kg styrofoam, larva mengeluarkan satu hingga dua gram karbon dioksida. Jika kita membakarnya, (styrofoam) mengeluarkan emisi lebih dari 4.000 kali lipat," kata pemilik Boris Vasiljev.
Ia juga membayangkan larva tersebut dapat digunakan sebagai pakan ternak, jika mencapai skala komersial yang besar.
Penggunaan ulat hongkong masih dalam tahap awal, kata Ilijin, karena Serbia masih perlu mengadopsi peraturan yang mengizinkan penggunaan dan penjualan produk serangga sebagai pakan ternak.