JAKARTA - Salah satu minuman pokok di kedai kopi yang digemari mungkin menyebabkan peminumnya mengalami kadar zat besi rendah — dan para ahli menjelaskan bagaimana konsumen dapat tetap sehat sambil tetap menikmati minuman mereka.
Matcha — teh hijau bubuk yang secara tradisional diseduh dengan air panas untuk menghasilkan minuman berbusa — telah menjadi minuman tradisional di Jepang selama berabad-abad dan dicintai karena manfaat kesehatannya, termasuk antioksidan dan asam amino.
Popularitas teh ini juga meroket di seluruh dunia dalam dekade terakhir, seiring banyaknya restoran dan kedai kopi besar yang menambahkannya ke dalam menu mereka.
Permintaan terhadap bubuk berbahan dasar teh hijau telah tumbuh secara eksponensial sehingga lembaga pemerintah dan pemilik bisnis yakin bahwa dunia akan mengalami kekurangan matcha pada tahun depan.
Namun seiring makin populernya teh ini, sejumlah konsumen dan pakar kesehatan mulai angkat bicara tentang efek samping langka yang mungkin dialami pecinta matcha — menurunnya kadar zat besi.
Berbicara dengan Toronto Star, ahli diet terdaftar Sarah Martel mengatakan bahwa matcha mengandung tanin — senyawa polifenol yang ditemukan secara alami dalam banyak makanan seperti teh, anggur, beri, kacang-kacangan, dan cokelat — yang dapat mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh.
Ada dua bentuk zat besi, tambahnya — zat besi non-heme yang ditemukan dalam makanan nabati dan zat besi heme yang ditemukan dalam produk hewani.
Tanin dapat menghambat penyerapan zat besi untuk sementara waktu dengan mengikat zat besi non-heme untuk membentuk senyawa yang sulit diserap.
Menurut Martel, seseorang yang mengonsumsi matcha satu kali atau lebih per hari secara rutin bersamaan dengan makanan kaya zat besi dapat mengalami gangguan penyerapan zat besi lebih besar — tetapi hal ini tidak selalu menyebabkan kekurangan zat besi pada semua orang.
"Penurunan penyerapan zat besi pada satu kali makan atau sekitar satu minuman tidak selalu berarti akan terjadi kekurangan zat besi, karena kita memiliki banyak kesempatan lain untuk mendapatkan zat besi sepanjang hari melalui makanan dan camilan kita yang lain," ujar Martel kepada Star.
Jika masalah ini dibiarkan, peminum matcha yang terdampak dapat mengalami anemia defisiensi besi.
Mayo Clinic menyatakan bahwa tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi cukup hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen. Hal ini dapat menyebabkan sesak napas dan kelelahan.
Selain itu, ada faktor-faktor lain yang mungkin berperan ketika mempertimbangkan dampak matcha terhadap kesehatan Anda.
Minuman tertentu seperti matcha latte mungkin mengandung lebih sedikit tanin karena diencerkan dengan susu atau air, dan matcha kelas seremonial mungkin mengandung lebih sedikit tanin daripada kelas kuliner.
Jennifer Lee, ahli diet terdaftar lainnya dan asisten profesor di Toronto Metropolitan University, menambahkan bahwa kaum vegan dan vegetarian — yang memperoleh banyak zat besi dari sumber non-heme berbasis tumbuhan — mungkin juga memiliki masalah dalam menyerap zat besi, begitu pula orang-orang yang sudah rentan terhadap anemia, seperti wanita hamil, wanita perimenopause, dan kaum muda.
Meskipun ada kekhawatiran ini, matcha diyakini memiliki sejumlah manfaat kesehatan.
"Matcha mengandung asam amino yang disebut l-theanine, yang dikenal karena efek menenangkannya," ujar Martel.
"Hal ini, dikombinasikan dengan kandungan kafein alami matcha, memberikan dorongan energi yang baik, tanpa rasa cemas dan gelisah yang biasanya muncul akibat kopi."
Para pencinta matcha dapat melakukan beberapa langkah untuk memastikan mereka tetap mendapatkan zat besi yang dibutuhkan, termasuk menunggu satu jam setelah minum teh untuk makan atau mengonsumsi suplemen zat besi, tambah Martel.
Satu cangkir matcha per hari bagi mereka yang memiliki masalah zat besi merupakan aturan praktis yang baik, dan para peminum matcha juga sebaiknya mencoba mengonsumsi zat besi dari berbagai sumber, seperti sayuran berdaun hijau, tahu, dan biji-bijian.
Menurut Martel, masalah zat besi bukanlah efek samping yang menonjol dari konsumsi banyak matcha — "selama kita mengonsumsinya dalam jumlah sedang." (*)