Ini Alasan Dibalik Penamaan Bulan Rabiul Awal

M. Habib Saifullah | Sabtu, 23/08/2025 11:05 WIB
Ini Alasan Dibalik Penamaan Bulan Rabiul Awal Ilustrasi kalender bulan Rabiul Awwal (Foto: M.Habib Saifullah/Katakini.com)

JAKARTA - Bulan Rabiul Awal dikenal luas sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah.

Namun, penamaan bulan ketiga dalam kalender Hijriah ini ternyata memiliki makna mendalam yang sudah dicatat dalam sejumlah literatur klasik Islam.

Menurut kitab al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir, penamaan “Rabi‘ul Awwal” berasal dari kata Rabi‘ yang berarti musim semi, dan Awwal yang berarti pertama.

Pada masa pra-Islam, masyarakat Arab menandai bulan ini sebagai awal musim semi, ketika padang pasir mulai menghijau dan hewan ternak mendapatkan makanan berlimpah.

Kondisi alam tersebut menjadi dasar penamaan bulan, sebagaimana halnya bulan-bulan lain dalam penanggalan Hijriah yang juga merujuk pada musim dan keadaan sosial masyarakat saat itu.

Hal serupa juga disebutkan dalam Tarikh al-Ya‘qubi, karya sejarawan Muslim abad ke-9, Ahmad bin Abi Ya‘qub.

Dalam catatannya, nama-nama bulan Arab termasuk Rabiul Awal diwariskan turun-temurun sejak zaman Jahiliyah, kemudian dipertahankan hingga masuknya Islam.

Rabiul Awal menandai fase awal kesuburan setelah musim kemarau panjang, sehingga menjadi bulan yang penuh harapan dan kehidupan baru.

Selain faktor alamiah, para ulama menekankan bahwa bulan ini semakin istimewa karena lahirnya Rasulullah SAW.

Imam As-Suyuthi dalam kitab al-Khasa’is al-Kubra menulis bahwa kelahiran Nabi di bulan Rabiul Awal membawa cahaya dan rahmat bagi seluruh alam, menjadikan bulan ini tidak hanya penting dari sisi penamaan, tetapi juga dari dimensi spiritual.