• Info MPR

Cakep! Bahas Rumah Pintar, Ibas Berpantun tentang Cinta, Ilmu, dan Harapan

Agus Mughni Muttaqin | Kamis, 21/08/2025 17:34 WIB
Cakep! Bahas Rumah Pintar, Ibas Berpantun tentang Cinta, Ilmu, dan Harapan Wakil Ketua MPR RI sekaligus Ketua Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dalam audiensi tentang Rumah Pintar Nasional, di Gedung MPR RI (Foto: Humas MPR)

JAKARTA - Di balik seriusnya pembahasan tentang masa depan Rumah Pintar Nasional, suasana audiensi di Gedung MPR RI berubah menjadi penuh tawa, hangat, dan bersahabat. Wakil Ketua MPR RI sekaligus Ketua Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menghadirkan sentuhan berbeda lewat rangkaian pantun yang tak hanya mengundang senyum, tapi juga mengikat makna akan cinta, ilmu, dan harapan.

Audiensi bertajuk “Bersinergi Mencerdaskan Negeri: Membangun Generasi Cerdas Bersama Rumah Pintar Nasional” ini menghadirkan para pengurus dan pembina gerakan yang diinisiasi oleh Alm. Ani Yudhoyono sejak 2005 lalu.

Mengawali sambutannya, Ibas menyapa para peserta dengan penuh semangat dan nuansa kebangsaan.

“Selamat datang di Rumah Kebangsaan MPR RI,
Pengawal konstitusi, penjaga kedaulatan rakyat.”

Tak lama, ia langsung menyampaikan pantun pembuka yang membuat suasana menjadi lebih cair dan hangat:

“Langit tak selalu berwarna cerah,
Namun langkah tak boleh menyerah.
Syukur dan terima kasih kami ucapkan,
Semoga bernilai pahala dan berkah.”

Pantun tersebut disampaikan langsung di hadapan Ketua P2RPN, Okke Hatta Rajasa, yang juga merupakan ibu mertuanya. Tawa ringan dan senyum hangat menyebar di antara para peserta. Gaya tutur Ibas yang santai namun sarat makna membuat suasana audiensi menjadi lebih bersahabat dan akrab—jauh dari kesan kaku.

Menariknya, keberanian Ibas untuk berpantun juga lahir dari ikatan budaya keluarga. Memiliki istri berdarah Sumatra, ia merasa perlu ikut membiasakan diri dengan seni bertutur pantun yang menjadi bagian dari adat Melayu dan Minang.

“Memang saya harus belajar juga. Istri saya dari Sumatra, jadi harus bisa berpantun juga,” ucapnya sembari tersenyum—menciptakan kehangatan tersendiri di tengah audiensi.

Selama sambutan, Ibas menyampaikan sejumlah pantun yang memadukan pesan literasi, kepedulian, dan semangat kebangsaan. Salah satunya:

“Pulang ke rumah bawa ikan,
Ikan segar di meja makan.
Inilah sahabat Demokrat,
Anggota DPR yang penuh kepedulian.”

Lalu disambung dengan pantun penuh semangat dari suara perempuan Indonesia:

“Terbang elang di langit biru,
Melayang tinggi meraih impian.
Pia Demokrat hadir di sini,
Membawa suara wanita bangsawan.”

Pada momen yang lebih personal, Ibas tak ragu membagikan memori masa lalu bersama istrinya, Aliya Rajasa, saat mereka berdua terlibat langsung dalam kegiatan Mobil Pintar—program pendidikan keliling yang penuh kenangan dan nilai.

“Jadi mengingat sedikit memori tentang Mobil Pintar—
Mobil pintar berhenti di hadapan,
Anak-anak riang sambut senyuman.
Ibas Aliya bertemu di lapangan,
Membawa cinta, ilmu, dan harapan.”

Tepuk tangan dan senyum hadirin mengiringi bait tersebut. Pantun itu seolah membuka kembali lembaran lama yang membekas dalam semangat gerakan Rumah Pintar. Sebuah momen yang menyentuh, sekaligus menyemangati kembali para pejuang literasi non-formal di seluruh Indonesia.

Tak berhenti di sana, Ibas juga menyisipkan pantun-pantun edukatif yang mengingatkan pentingnya merawat literasi bangsa:

“Ke rumah nenek membawa peta,
Singgah sebentar di kolam ikan.
Buku bukan cuma untuk dibaca,
Tapi jendela menuju masa depan.”

“Turun ke ladang membawa benih,
Dibawa sambil naik kuda delman.
Pendidikan itu adalah hak yang bersih.”

“Ke Pasar Minggu beli ketupat,
Beli dua buat sarapan pagi.
Kalau literasi terus dirawat,
Maka bangsa ini akan berdiri tinggi.”

Lewat gaya tutur yang ringan dan bersahabat, pantun-pantun Ibas tidak sekadar menjadi selingan, melainkan jembatan penyampaian nilai. Pesan yang disampaikan pun terasa menyentuh tanpa kehilangan arah: bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama dan harus dirawat dengan semangat gotong royong.

Pertemuan hari itu juga menjadi ruang diskusi terbuka. Ibu Okke Hatta Rajasa sebagai Ketua P2RPN menyampaikan berbagai tantangan yang dihadapi pengelola Rumah Pintar di lapangan. Dari kebutuhan operasional, pendampingan program, hingga upaya menjaga keberlanjutan warisan yang telah dimulai oleh Ibu Ani Yudhoyono dua dekade lalu.

Turut hadir dalam audiensi ini para pengurus utama P2RPN, seperti Murniati Widodo (Pembina), Carolina Kaluku (Ketua Panitia Rakornas P2RPN 2025), dan Deden Ariffan (Sekretaris Panitia). Mereka secara terbuka menyampaikan keresahan dan harapan dalam menjaga semangat belajar di tengah keterbatasan.

Sebagai penutup, Ibas menyampaikan pantun penuh penghormatan dan apresiasi. Ia juga menyisipkan harapan agar Rumah Pintar terus menjadi ruang belajar yang inklusif, cerah, dan penuh cinta.

“Bunga melati harum lembut,
Tumbuh indah di pagi cerah.
Jika ada kata yang tak tepat menyentuh,
Izinkan kami mohon maaf dengan penuh berkah.”

“Air mengalir sampai ke muara,
Membawa sejuk di setiap waktu.
Langkah berakhir di ujung rasa,
Sukses selalu untuk hari kita semua.”

Pantun-pantun itu, yang awalnya dianggap sebagai pelengkap, justru menjadi medium penyampai rasa yang paling efektif. Di tengah ruang konstitusi, di antara pembahasan tentang pendidikan, pantun menjadi suara yang menjangkau nurani—menghidupkan memori, menyulam harapan, dan menyatukan langkah untuk masa depan anak-anak bangsa.