Sejarah Lomba Panjat Pinang yang Sarat akan Makna

M. Habib Saifullah | Senin, 18/08/2025 11:15 WIB
Sejarah Lomba Panjat Pinang yang Sarat akan Makna Sejumlah warga memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia dengan menggelar lomba panjat pinang (Foto: Unsplash/Firas Wardhana)

JAKARTA - Lomba panjat pinang menjadi salah satu tradisi yang selalu hadir dalam perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Perlombaan ini kerap menjadi tontonan menarik yang mengundang tawa sekaligus semangat kebersamaan di berbagai daerah.

Meskipun kini identik dengan HUT RI, sebenarnya panjat pinang telah ada sejak masa kolonial Belanda.

Tradisi ini diperkirakan mulai dimainkan di Indonesia pada masa kolonial Belanda sekitar tahun 1920 hingga 1930-an. Awalnya permainan ini disebut ceko di wilayah Betawi.

Kala itu panjat pinang diadakan orang Belanda sebagai hiburan dalam pesta-pesta besar, khususnya untuk memperingati hari penting kerajaan Belanda atau pesta pernikahan pejabat.

Peserta panjat pinang ditujukan bagi pribumi, untuk memeriahkan perayaan kalangan elite Belanda sembari tertaa melihat kesulitan para peserta.

Hadiah yang diperebutkan berupa bahan makanan dan barang yang tergolong mewah bagi masyarakat Indonesia kala itu, seperti keju, gula, hingga pakaian kemeja.

Namun seiring berjalannya waktu, panjat pinang justru diadopsi oleh masyarakat Indonesia setelah merdeka. Permainan ini kemudian menjadi sarana hiburan rakyat yang murah, meriah, dan bisa melibatkan siapa saja.

Karena kesederhanaannya serta nilai kebersamaan yang terkandung di dalamnya, panjat pinang terus dilestarikan hingga sekarang sebagai lomba khas setiap 17 Agustus.

Berikut Ini Lima Filosofi Lomba Panjat Pinang:

1. Simbol Perjuangan dan Pengorbanan

Peserta harus berjuang keras memanjat batang pinang yang licin. Ini melambangkan betapa beratnya perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan, yang membutuhkan tenaga, strategi, dan pengorbanan.

2. Kerja Sama dan Gotong Royong

Tidak ada peserta yang bisa menang sendirian. Peserta harus saling menopang, bahu-membahu, dan bekerja sama agar bisa mencapai puncak. Filosofi ini menggambarkan pentingnya gotong royong dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Kesabaran dan Ketekunan

Panjat pinang membutuhkan kesabaran, karena sering kali peserta jatuh sebelum sampai di atas. Filosofi ini mengajarkan bahwa kegigihan dan ketekunan adalah kunci untuk meraih tujuan, meski penuh rintangan.

4. Kesetaraan dan Kebersamaan

Semua peserta memiliki peluang yang sama, tanpa membedakan status sosial maupun latar belakang. Hal ini mencerminkan nilai kesetaraan yang menjadi semangat kemerdekaan Indonesia.

5. Harapan dan Cita-Cita Bangsa

Hadiah yang tergantung di atas puncak pinang menjadi simbol cita-cita yang ingin diraih. Sama seperti bangsa Indonesia, yang terus berjuang menggapai harapan dan cita-cita luhur kemerdekaan demi kesejahteraan rakyat.