• News

Lebih 16.000 Hektar Terdampak, Kebakaran Hutan Prancis Kini Terkendali

Yati Maulana | Sabtu, 09/08/2025 11:05 WIB
Lebih 16.000 Hektar Terdampak, Kebakaran Hutan Prancis Kini Terkendali Siluet seorang petugas pemadam kebakaran terlihat saat melakukan operasi penyelamatan di tengah lahan yang hangus terbakar di dekat Saint-Laurent-de-la-Cabrerisse, Prancis selatan, 7 Agustus 2025. REUTERS

SAINT-LAURENT-DE-LA-CABRERISSE - Kebakaran hutan besar yang telah menghanguskan 16.000 hektar (39.537 acre) hutan dan desa di Prancis selatan sejak Selasa kini telah terkendali, kata otoritas setempat.

Petugas pemadam kebakaran akan tetap dikerahkan di area tersebut dalam beberapa hari mendatang untuk mengamankan lokasi dan mencegah kebakaran kembali terjadi, tambah mereka dalam sebuah pernyataan.

Warga yang terdampak kebakaran masih dilarang kembali ke rumah mereka tanpa izin resmi, karena banyak jalan masih ditutup dan berpotensi membahayakan akibat kerusakan yang belum diperiksa dan kabel listrik yang tumbang.

Kebakaran hutan terbesar di Prancis dalam hampir delapan dekade telah menewaskan seorang perempuan yang menurut para pejabat telah mengabaikan perintah evakuasi, menyebabkan 18 orang luka-luka, termasuk 16 petugas pemadam kebakaran. Kebakaran tersebut menghancurkan 36 rumah, merusak 20 rumah lainnya, dan memaksa sekitar 2.000 penduduk dan wisatawan mengungsi dari daerah tersebut.

Pada puncak krisis, sekitar 5.000 rumah tangga kehilangan aliran listrik, dan hingga Kamis malam, sekitar 1.500 rumah masih tanpa listrik, kata otoritas setempat. "Kami tidak punya air, internet, dan listrik lagi. Kami tidak punya apa-apa. Ini kiamat," kata Alain Reneau, seorang warga sekaligus petani yang tinggal di Saint-Laurent-de-la-Cabrerisse, sebuah desa yang terdampak parah kebakaran.

"Kami menyelamatkan rumah, tetapi kami harus berjuang sepanjang malam, selama dua hari."
Kepulan asap mengepul di atas kawasan hutan di wilayah Aude. Rekaman drone menunjukkan hamparan tanah hangus setelah api menyapu area seluas satu setengah kali luas Paris.

Api, yang tidak jauh dari perbatasan Spanyol dan Laut Mediterania, telah menyebar dengan sangat cepat, dikipasi oleh angin kencang dan vegetasi yang sangat kering, setelah berbulan-bulan kekeringan di wilayah tersebut.

"Perkembangan api melambat, tetapi kami masih menghadapi kebakaran yang masih aktif," ujar Wakil Prefek wilayah tersebut, Remi Recio, kepada para wartawan. "Dibandingkan kemarin, perkembangannya menurun secara signifikan karena kondisi cuaca telah berubah, terutama arah angin," tulis surat kabar Le Monde mengutip pernyataan Recio.

Hampir 2.000 petugas pemadam kebakaran dikerahkan di lapangan untuk memadamkan kobaran api. Wilayah yang telah dilalap api sekitar 16.000 hektar, menurut otoritas setempat dalam pembaruan terakhir mereka pada Kamis malam, sementara media Prancis melaporkan area terdampak sekitar 17.000 hektar (40.000 acre).

"Pertempuran belum berakhir, api bisa kembali berkobar dengan kekuatan yang lebih besar," kata Prefek Christian Pouget sebelumnya.

`AKIBAT PERUBAHAN IKLIM`
Menteri Lingkungan Hidup Agnes Pannier-Runacher mengatakan kebakaran ini adalah yang terbesar yang pernah dialami Prancis sejak 1949. "Kebakaran hutan ini merupakan konsekuensi dari perubahan iklim, kekeringan di wilayah ini," ujarnya kepada radio France Info.

Investigasi sedang dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kebakaran.
"Belum pernah seumur hidup saya melihat kebakaran seperti ini," kata pensiunan Simon Gomez yang berusia 77 tahun di Saint-Laurent-de-la-Cabrerisse.

Para ilmuwan mengatakan musim panas yang lebih panas dan kering di wilayah Mediterania membuatnya berisiko tinggi mengalami kebakaran hutan.

Badan Meteorologi Prancis telah memperingatkan gelombang panas baru yang akan dimulai di wilayah lain di Prancis selatan pada hari Jumat dan akan berlangsung selama beberapa hari.

Para produsen anggur dan wali kota setempat juga menyalahkan hilangnya kebun anggur atas penyebaran api yang cepat.

"Kita sedang berperang, tetapi kita juga akan memenangkan perang ini," kata Xavier Guille, seorang pemilik kebun anggur setempat yang membantu petugas pemadam kebakaran memadamkan api.

Guille kehilangan hutan akibat kebakaran, tetapi kebun anggurnya tidak rusak. "Mertua saya kehilangan rumah mereka di Saint-Laurent-de-la-Cabrerisse, itu adalah salah satu rumah pertama yang terbakar."