DUBAI - Uni Emirat Arab menghadapi lonjakan suhu musim panas ini setelah musim semi terpanas sepanjang sejarah, dengan suhu melonjak mendekati rekor tertinggi pada awal Agustus, menurut data dari Pusat Meteorologi Nasional (NCM).

Panas ekstrem di negara Teluk ini merupakan bagian dari tren global yang lebih luas, karena kenaikan suhu terus mencapai titik tertinggi baru. Tahun lalu merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat di seluruh dunia ketika suhu global melampaui 1,5 derajat Celsius di atas level era pra-industri.

Lonjakan suhu ini menyusul rekor suhu terpanas di UEA pada bulan April dan Mei, menurut NCM.

Pada 1 Agustus, suhu di kota gurun Sweihan mencapai 51,8 C (125,2 derajat Fahrenheit), tertinggi sejak 2021, menurut NCM. Angka ini sedikit di bawah rekor tertinggi sepanjang masa UEA, yaitu 52,1 C (125,8 F), yang tercatat pada Juli 2002, juga di Sweihan.

Wilayah pedalaman berulang kali mengalami suhu harian di atas 50 C pada bulan Juni dan Juli, sementara pusat kota pesisir seperti Dubai dan Abu Dhabi secara konsisten mencatat suhu tertinggi di pertengahan empat puluhan. NCM memperkirakan sisa musim panas akan tetap lebih panas dari biasanya, dengan suhu di bulan Agustus diperkirakan 0,25°C hingga 0,5°C di atas rata-rata.

Meskipun NCM telah memperingatkan warga untuk membatasi paparan sinar matahari dan menghindari berada di luar ruangan selama jam sibuk, tindakan pencegahan tersebut tidak selalu memungkinkan bagi mereka yang bekerja di industri luar ruangan, seperti konstruksi dan pertanian.

"Kami mengeluh sambil duduk di dalam AC... mereka (pekerja luar ruangan) sebenarnya bekerja 24/7 dalam suhu panas ini," kata Yasir Shahad, seorang pengunjung dari Australia.