Benarkah Meminta Maaf Menunjukkan Kelemahan?

Vaza Diva | Sabtu, 02/08/2025 15:45 WIB
Benarkah Meminta Maaf Menunjukkan Kelemahan? Ilustrasi - anak kecil yang sedang saling memaafkan (Foto: Istockphoto)

JAKARTA - Di berbagai budaya, meminta maaf dan mengakui kesalahan kerap dipandang sebagai tanda kelemahan.

Akan tetapi, Islam justru memandangnya sebagai wujud kekuatan batin dan kematangan spiritual. Alih-alih membenarkan sikap keras kepala atau keangkuhan, ajaran Islam menanamkan nilai kerendahan hati dan keberanian untuk mengakui kesalahan tanpa rasa gengsi.

Dalam surah Ali Imran ayat 134, Allah SWT memuji orang-orang yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain:

“...dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS. Ali Imran: 134)

Rasulullah SAW juga memberi teladan yang sempurna. Meski sebagai manusia paling mulia, beliau tidak segan meminta maaf kepada sahabat jika merasa menyakiti mereka.

Dalam hadis riwayat Muslim, disebutkan bahwa beliau bersabda:

“Barang siapa memiliki kezaliman terhadap saudaranya, baik dalam hal kehormatan atau hal lain, maka mintalah halal (maaf) darinya sekarang sebelum datang hari ketika dinar dan dirham tidak ada artinya.”

Meminta maaf dalam Islam bukan hanya soal hubungan antarmanusia, tetapi juga bagian dari menjaga hak orang lain (huquq al-‘ibad) yang kelak akan dituntut di akhirat jika tidak diselesaikan di dunia.

Selain itu, Islam juga mengajarkan bahwa siapa pun yang memaafkan kesalahan saudaranya, maka Allah akan memaafkannya pula. Artinya, permintaan maaf yang tulus membuka jalan turunnya ampunan Allah SWT.

Jadi, dalam pandangan Islam, meminta maaf adalah keberanian spiritual, bukan kelemahan emosional. Justru yang lemah adalah orang yang gengsi mengakui kesalahan karena dikuasai oleh kesombongan dan ego.