HONG KONG - Koleksi ratusan permata yang terkait dengan peninggalan Buddha telah kembali ke India setelah 127 tahun, menyusul lelang yang direncanakan awal tahun ini yang memicu ancaman tindakan hukum dari pemerintah Delhi.
Perdana Menteri India Narendra Modi memuji kembalinya koleksi tersebut, yang dikenal sebagai Permata Piprahwa Buddha Bersejarah.
"Hari yang membahagiakan bagi warisan budaya kita!" tulis Modi dalam sebuah postingan di X pada hari Rabu. "Ini akan membuat setiap orang India bangga."
Koleksi lebih dari 300 permata termasuk ametis, topas, dan mutiara berasal dari Kekaisaran Maurya, Era Ashoka, sekitar 240-200 SM.
Koleksi tersebut, yang pertama kali digali oleh seorang Inggris di India utara, awalnya dijadwalkan untuk dilelang oleh Sotheby`s di Hong Kong pada bulan Mei, tetapi penjualannya ditunda setelah pemerintah India mengancam akan mengambil tindakan hukum dan menuntut agar permata-permata tersebut dikembalikan.
Sotheby`s kemudian mengidentifikasi konglomerat India Godrej Industries Group sebagai pembeli dan berhasil memenangkan penjualan yang mengakibatkan pengembalian permanen permata-permata tersebut ke India, di mana permata-permata tersebut akan dipajang di depan umum.
"Sotheby`s sangat senang telah memfasilitasi pengembalian Permata Piprahwa ke India," kata balai lelang tersebut dalam sebuah pernyataan pada Rabu malam.
Kementerian Kebudayaan India mengatakan bahwa ini merupakan kemitraan publik-swasta yang patut dicontoh dan inisiatif ini sejalan dengan misi Modi yang lebih luas untuk merebut kembali dan merayakan warisan budaya dan spiritual kuno India dari seluruh dunia.
Permata-permata tersebut digali pada tahun 1898 dari sebuah stupa kuno di Piprahwa, India utara, oleh manajer perkebunan asal Inggris, William Claxton Peppe, bersama dengan fragmen tulang yang diduga milik Buddha. Peppe kemudian diizinkan untuk menyimpan lebih dari 300 permata duplikat, yang tetap menjadi milik keluarganya.