JAKARTA - Lembaga Sensor Film (LSF) menggelar nonton bareng film Believe - Takdir, Mimpi, Keberanian bersama para alumni SMA Negeri 8 Jakarta di XXI Djakarta Theater, Minggu (27/7/2025) siang.
Film garapan Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana ini berlatar belakang Operasi Seroja Tahun 1975, Pertempuran di Timor Timur Tahun 1995 dan 1999. Meski begitu film ini tidak hanya menampilkan adegan perang namun juga menceritakan kisah kemanusiaan tentang perjuangan, pengorbanan dan pemahaman nilai-nilai luhur.
Arwin Tri Wardhana mengatakan, film ini diangkat dari buku dengan judul yang sama dan menjadikan Panglima Agus Subianto sebagai narasumber. Hal ini dilakukan untuk menjaga autentikasi film tersebut.
"Karena kan ini filmnya lumayan periodik, dari tahun 1975-1995-1999. Tapi isunya lumayan gawat ya, gawat dalam arti ini kan tentang Timor Timur dan lain-lain.
Namun, Lanjut Arwin, film ini tidak diarahkan ke isu politik, namun lebih kepada isu kehidupan dan drama khususnya dari sudut pandang tentara.
"Tapi kita tidak menyentuh ke sana sih (politik). Lebih ke hubungan antara bapak dan anak. Kita juga mau mengangkat kesetiaan di sini, di mana istri-istri para tentara itu juga mereka berjuang dengan caranya sendiri," kata Arwin.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ketua Subkomisi Publikasi LSF, Nusantara Husnul Khatim Mulkan mengaku bangga dengan semakin banyaknya para sineas Tanah Air yang menghasilkan karya yang luar biasa.
"Ada 285 film nasional yang kami berikan surat tanda lulus sensor, jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding film impor sebanyak 255," kata Khatim.
Selain itu, dia juga mengatakan, jumlah penonton film nasional saat ini menunjukkan tren yang cukup positif, hal ini ditandai dengan sebanyak 67 persen memilih menonton film buatan dalam negeri.
"Artinya ini sudah melewati target kami 80 juta penonton pada tahun 2024," kata dia.
Sehingga dalam hal ini, kata dia, LSF berperan penting sebagai unsur yang diamanatkan oleh negera untuk melakukan pengawasan dan menjaga tontonan masyarakat, dengan cara mengklasifikasikan tontonan sesuai dengan film.
"Mudah-mudahan di kegiatan kita kali ini, Kita bisa belajar untuk mencoba untuk memulai dari keluarga kita sendiri bahwa anak-anak kita dari mulai usia anak-anak hingga remaja adalah aset berharga kita," ujar dia.