MOSKOW - Satelit telekomunikasi Iran, Nahid-2, diluncurkan ke luar angkasa pada hari Jumat dengan peluncur Soyuz Rusia, lapor media Iran. Satelit buatan lokal berhasil diluncurkan dari sebuah kosmodrom di Rusia, kata media tersebut.
Media lain memberitakan, Iran mencatat tonggak penting dalam kemandirian teknologinya dengan sukses meluncurkan satelit telekomunikasi strategis Nahid-2 ke orbit Bumi. Satelit ini diluncurkan dari Kosmodrom Vostochny di Rusia, menggunakan roket peluncur Soyuz, salah satu wahana peluncur paling andal di dunia.
Satelit Nahid-2 merupakan hasil rekayasa penuh para ilmuwan dan insinyur Iran, dan merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Teheran untuk memperkuat kedaulatan teknologinya di sektor luar angkasa.
Peluncuran ini menjadi bukti nyata bahwa meskipun dihadapkan pada sanksi, tekanan internasional, dan perang asimetris dari kekuatan arogan dunia, Iran tetap mampu berdiri tegak dan melanjutkan agenda strategisnya secara independen.
Menurut laporan Farsnews Agency pada Jumat (25/7), Nahid-2 bukan sekadar proyek teknologi, melainkan bagian integral dari strategi jangka panjang poros perlawanan dalam membangun infrastruktur komunikasi mandiri, bebas dari pengawasan dan ketergantungan pada blok Barat.
Satelit ini juga dirancang untuk menguji berbagai subsistem satelit dalam kondisi orbit nyata, sekaligus menjadi pijakan teknis menuju pengoperasian satelit di orbit geostasioner pada tahap-tahap berikutnya.
Sebelumnya, Iran telah berhasil meluncurkan satelit Khayyam pada tahun 2022 menggunakan roket yang sama, juga dari Vostochny, dan ditempatkan di orbit heliosinkron dengan ketinggian 500 km. Ini menandai kerja sama teknostrategis yang erat antara Teheran dan Moskow di tengah realitas dunia multipolar yang terus berkembang.
Peluncuran ini juga mengirim pesan kuat ke dunia bahwa Iran, sebagai kekuatan utama dalam poros perlawanan, tidak hanya unggul dalam ketahanan regional, tetapi juga mampu memproyeksikan kekuatannya melalui pencapaian ilmiah dan teknologi mutakhir.
Di saat kekuatan kolonial dan proksi regional mereka menggencarkan upaya destabilisasi, Iran justru terus melaju di jalur kemajuan, membuktikan bahwa resistensi bukan hanya perlawanan militer, tetapi juga perlawanan ilmiah dan kemandirian strategis.