WIESBADEN - Ukraina akan mengizinkan perusahaan senjata asing menguji senjata terbaru mereka di garis depan perang melawan invasi Rusia, ungkap kelompok investasi dan pengadaan senjata yang didukung negara Kyiv, Brave1, pada hari Kamis.
Dalam skema "Uji Coba di Ukraina", perusahaan-perusahaan akan mengirimkan produk mereka ke Ukraina, memberikan pelatihan daring tentang cara menggunakannya, lalu menunggu pasukan Ukraina mencobanya dan mengirimkan laporan, ungkap kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Ini memberi kami pemahaman tentang teknologi apa saja yang tersedia. Ini memberi perusahaan pemahaman tentang apa yang benar-benar berfungsi di garis depan," ujar Artem Moroz, kepala hubungan investor Brave1, kepada Reuters dalam sebuah konferensi pertahanan di Wiesbaden, Jerman.
Moroz mengatakan ada minat yang kuat terhadap skema ini, tetapi tidak menyebutkan nama perusahaan mana pun yang telah menandatangani untuk menggunakannya dan menolak menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana skema ini akan beroperasi atau berapa biaya yang akan dikeluarkan, jika ada.
Lebih dari tiga tahun setelah invasi mereka ke Ukraina, pasukan Rusia melancarkan serangan besar-besaran di garis depan yang membentang lebih dari 1.000 km (620 mil) dan mengintensifkan serangan udara di kota-kota Ukraina.
Ukraina mengandalkan industri pertahanan yang sedang berkembang, yang sebagian didorong oleh investasi asing, untuk menangkis mesin perang Rusia yang lebih besar dan lebih canggih.
Brave1 - didirikan oleh pemerintah pada tahun 2023 dengan pusat daring tempat perusahaan pertahanan Ukraina dapat mencari investasi, dan juga tempat unit militer Ukraina dapat memesan senjata - telah menyusun daftar teknologi militer yang ingin diuji, tambah Moroz.
"Kami memiliki daftar prioritas. Salah satu yang teratas adalah pertahanan udara, seperti kemampuan pertahanan udara baru, pencegat drone, sistem berpemandu AI, semua solusi melawan bom luncur," ujarnya.
Sistem tanpa awak di air dan sistem profil elektronik di darat juga masuk dalam daftar prioritas Ukraina, begitu pula sistem kendali tembakan canggih atau panduan AI untuk membuat howitzer lebih akurat.