• News

Gelombang Panas Spanyol Menyebabkan 1.180 Kematian dalam Dua Bulan Terakhir

Yati Maulana | Selasa, 15/07/2025 11:18 WIB
Gelombang Panas Spanyol Menyebabkan 1.180 Kematian dalam Dua Bulan Terakhir Orang-orang berjalan saat gelombang panas, di Sevilla, Spanyol, 2 Juli 2025. REUTERS

MADRID - Suhu tinggi menyebabkan 1.180 kematian di Spanyol dalam dua bulan terakhir, peningkatan tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kata Kementerian Lingkungan Hidup pada hari Senin.

Sebagian besar orang yang meninggal berusia di atas 65 tahun dan lebih dari separuhnya adalah perempuan, menurut data yang dikutip.

Wilayah yang paling terdampak adalah Galicia, La Rioja, Asturias, dan Cantabria - semuanya terletak di bagian utara negara itu, di mana suhu musim panas yang biasanya lebih dingin telah mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Seperti negara-negara lain di Eropa Barat, Spanyol telah dilanda panas ekstrem dalam beberapa minggu terakhir, dengan suhu seringkali mencapai lebih dari 40 derajat Celcius (104 derajat Fahrenheit).

Sebanyak 1.180 orang meninggal dunia akibat penyebab terkait panas antara 16 Mei dan 13 Juli dibandingkan dengan 70 orang pada periode yang sama di tahun 2024, kata kementerian dalam sebuah pernyataan yang mengutip data dari Institut Kesehatan Carlos III. Jumlah kematian meningkat secara signifikan pada minggu pertama bulan Juli.

Data tersebut menunjukkan sebuah peristiwa "dengan intensitas luar biasa, yang ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata yang belum pernah terjadi sebelumnya dan peningkatan signifikan angka kematian yang disebabkan oleh gelombang panas", kata kementerian.

Dalam periode yang dicakup data tersebut, terdapat 76 peringatan merah untuk panas ekstrem, dibandingkan dengan tidak ada peringatan pada tahun sebelumnya. Musim panas lalu, 2.191 kematian disebabkan oleh penyebab yang berkaitan dengan panas di Spanyol, menurut data dari Institut Kesehatan Carlos III.

Data dari Spanyol ini merupakan hasil analisis ilmiah cepat yang dipublikasikan pada 9 Juli yang menyatakan bahwa sekitar 2.300 orang meninggal dunia akibat penyebab yang berkaitan dengan panas di 12 kota di Eropa selama gelombang panas parah dalam 10 hari hingga 2 Juli.

Belum jelas apakah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan di Imperial College London dan London School of Hygiene and Tropical Medicine menggunakan metodologi yang sama dengan data Spanyol.