• News

Presiden Iran Terluka Ringan saat Lolos dari Serangan Israel

Tri Umardini | Selasa, 15/07/2025 06:01 WIB
Presiden Iran Terluka Ringan saat Lolos dari Serangan Israel Presiden Masoud Pezeshkian mengatakan Israel mencoba membunuhnya - bukan Amerika Serikat. (FOTO: EPA)

JAKARTA - Presiden Iran Masoud Pezeshkian menderita luka ringan dalam serangan udara Israel terhadap pertemuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi di Teheran pada tanggal 15 Juni, kata seorang pejabat senior Iran.

Upaya pembunuhan itu menargetkan kepala tiga cabang pemerintahan dalam upaya menggulingkannya, kata pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim.

“Upaya ini tidak akan berhasil tanpa Israel membayar harganya,” ujarnya kepada Al Jazeera.

Pemogokan itu dilakukan sesaat sebelum tengah hari selama pertemuan yang dihadiri oleh para kepala cabang eksekutif, legislatif, dan yudikatif pemerintah bersama dengan pejabat senior lainnya.

Kantor berita semiresmi Fars juga melaporkan rincian baru tentang upaya pembunuhan selama perang 12 hari Israel dengan Iran, yang pertama kali diumumkan oleh Presiden Iran dalam sebuah wawancara yang dirilis pada hari Senin (14/7/2025).

Sidang tersebut berlangsung di lantai bawah sebuah fasilitas pemerintah di Teheran barat ketika serangan dimulai, Fars melaporkan. Pintu masuk dan keluar gedung dihantam oleh enam rudal untuk memblokir rute pelarian dan memutus aliran udara.

Listrik diputus menyusul ledakan tersebut, tetapi pejabat Iran berhasil melarikan diri melalui pintu darurat yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk presiden, yang dikabarkan mengalami cedera kaki ringan saat dievakuasi.

Kantor berita tersebut mengatakan pihak berwenang meluncurkan penyelidikan terhadap kemungkinan keberadaan mata-mata Israel mengingat keakuratan intelijen yang dimiliki "musuh".

`Mereka sudah mencoba`

Pekan lalu, Masoud Pezeshkian mengatakan dalam sebuah wawancara dengan tokoh media AS Tucker Carlson bahwa Israel berusaha membunuhnya. "Mereka memang mencoba, ya ... tetapi mereka gagal," ujarnya.

"Bukan Amerika Serikat yang berada di balik upaya pembunuhan terhadap saya. Melainkan Israel. Saya sedang berada di sebuah rapat... Mereka mencoba membombardir area tempat kami mengadakan rapat itu."

Komentar tersebut muncul kurang dari sebulan setelah Israel melancarkan kampanye pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 13 Juni terhadap Iran , yang menewaskan komandan militer dan ilmuwan nuklir tinggi.

Serangan Israel terjadi dua hari sebelum Teheran dan Washington dijadwalkan bertemu untuk putaran baru perundingan nuklir, yang menghambat negosiasi yang bertujuan mencapai kesepakatan mengenai program atom Iran.

Setidaknya 1.060 orang tewas di Iran selama konflik tersebut, menurut Yayasan Martir dan Urusan Veteran Iran.

Serangan Israel memicu gelombang serangan balasan berupa pesawat tak berawak dan rudal, yang menewaskan 28 orang di Israel, menurut pihak berwenang.

Iran menargetkan markas militer dan intelijen Israel dengan rudal balistik dan drone sebelum AS menengahi gencatan senjata. (*)