JAKARTA - Direktur Rumah Sakit Indonesia, dr. Marwan Al-Sultan bersama istri dan anak-anaknya menjadi korban serangan udara Israel yang menghantam permukiman di barat daya Gaza, Palestina.
Diketahui dr. Marwan dikenal sebagai salah satu dokter spesialis jantung terakhir di wilayah Gaza. Sejak tahun 2016, beliau memimpin Rumah Sakit Indonesia sejak 2016, yang dikenal sebagai salah satu dari sedikit pusat pelayanan kesehatan utama di Gaza utara—berdiri di tengah blokade, kerusakan infrastruktur, dan pasokan obat-obatan yang terbatas.
Dengan kompetensinya sebagai konsultan kardiologi intervensional, dr Marwan aktif bekerja sama dalam tim kemanusiaan internasional dari berbagai negara dan menjadi sumber informasi kredibel, vokal menyerukan perlindungan bagi tenaga medis serta fasilitas kesehatan di tengah konflik.
Organisasi Health Workers Watch mencatat bahwa beliau menjadi tenaga medis ke‑70 yang gugur dalam 50 hari terakhir, dan salah satu dari hanya dua ahli jantung yang masih bertahan di Gaza.
Direktur Rumah Sakit al‑Shifa menggambarkan kepergiannya sebagai kehilangan besar, terutama bagi ribuan pasien jantung yang kini kekurangan akses ke perawatan kritis.
Pihak Palestinian Ministry of Health dan organisasi internasional seperti MER‑C serta kelompok advokasi medis mengutuk keras penyerangan ini sebagai bentuk pelanggaran terhadap hukum internasional dan Konvensi Jenewa, karena menyasar civitas medis dan fasilitas yang seharusnya mendapat perlindungan.
Kepergian dr Marwan Al‑Sultan bukan hanya kehilangan kemanusiaan dan keahlian medis yang luar biasa, tetapi juga hilangnya simbol perjuangan dan dedikasi di tengah krisis kemanusiaan di Gaza—seorang pemimpin yang rela berada di garis depan pelayanannya, bahkan saat menghadapi ancaman kehidupan sendiri.