Jakarta, Katakini.com - Partisipasi dalam ajang Piala Dunia biasanya menjadi milik negara-negara besar dengan kompetisi liga yang solid dan barisan pemain bertabur bintang.
Tim-tim seperti Inggris, Spanyol, Italia, Prancis, dan Belanda adalah langganan turnamen ini, berkat kekuatan sistem sepak bola domestik yang telah lama terstruktur.
Namun, pada Piala Dunia 2018 di Rusia, muncul sebuah kisah unik dan menginspirasi dari negara kecil di kawasan Nordik, Islandia. Negara ini menjadi pusat perhatian dunia karena lolos ke turnamen prestisius itu meskipun tidak memiliki satu pun klub sepak bola profesional di dalam negeri.
Dengan jumlah penduduk yang tidak lebih dari 350 ribu jiwa, Islandia mencatatkan rekor sebagai negara dengan populasi paling sedikit yang pernah tampil di Piala Dunia.
Keunikan semakin terasa karena seluruh klub sepak bola di negaranya berstatus semi-profesional, para pemain dan pelatih masih memiliki pekerjaan lain di luar lapangan hijau.
Prestasi besar ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Federasi Sepak Bola Islandia (KSI) telah menanamkan fondasi kuat sejak awal dekade 2000-an dengan membangun fasilitas latihan modern dan lapangan indoor, memungkinkan pelatihan sepanjang tahun meski iklim bersalju. Islandia bahkan memegang rekor jumlah pelatih berlisensi UEFA tertinggi per kapita di dunia.
Sosok Heimir Hallgrímsson yang juga seorang dokter gigi muncul sebagai arsitek kesuksesan tim nasional.
Ia menyatukan para pemain dengan strategi taktis yang solid dan etos kerja kolektif yang luar biasa. Islandia berhasil menaklukkan tim kuat seperti Turki dan Ukraina, serta finis sebagai pemuncak grup di atas Kroasia dalam kualifikasi Piala Dunia.
Kisah mereka semakin monumental ketika berhasil menahan imbang Argentina yang diperkuat Lionel Messi dalam laga pembuka fase grup di Rusia.
Meski langkah mereka terhenti di babak penyisihan, perjuangan Islandia tetap dianggap sebagai tonggak sejarah dalam dunia sepak bola internasional.
Islandia bukan satu-satunya kisah luar biasa. Togo juga pernah mencuri perhatian saat lolos ke Piala Dunia 2006 dengan kondisi liga domestik yang tidak optimal.
Akan tetapi, capaian Islandia yang tanpa satu pun klub profesional membuatnya dipandang sebagai kisah paling inspiratif dalam sejarah modern Piala Dunia.