Jakarta, Katakini.com - Dalam dunia sepak bola modern, kartu kuning dan merah sudah menjadi pemandangan lazim yang tak terpisahkan dari pertandingan.
Akan tetapi, tidak banyak yang tahu bahwa sistem peringatan ini baru resmi diterapkan pertama kali dalam ajang Piala Dunia 1970 di Meksiko.
Sebelum adanya sistem kartu, wasit hanya mengandalkan komunikasi verbal dan gestur untuk menegakkan aturan, yang kerap menimbulkan kesalahpahaman di lapangan.
Gagasan penggunaan kartu berwarna diperkenalkan oleh Ken Aston, wasit asal Inggris yang terinspirasi oleh lampu lalu lintas saat ia terjebak kemacetan di London. Ia menyadari bahwa warna kuning dan merah bisa dengan mudah dimengerti secara universal.
Meski sistem tersebut mulai digunakan pada Piala Dunia 1970, uniknya tak satu pun pemain dikeluarkan dengan kartu merah dalam turnamen itu. Baru pada edisi 1974 di Jerman Barat, sejarah mencatat momen pertama pengusiran pemain lewat kartu merah.
Peristiwa itu terjadi dalam pertandingan penyisihan grup antara Jerman Timur dan Chile. Carlos Caszely, penyerang Chile, diusir oleh wasit Dogan Babacan dari Turki karena pelanggaran keras terhadap pemain lawan.
Babacan langsung mengangkat kartu merah, menjadikan Caszely sebagai pemain pertama dalam sejarah Piala Dunia yang menerima hukuman ini.
Caszely kemudian dikenang bukan hanya karena insiden tersebut, tetapi juga karena sikap politiknya yang berani menentang rezim diktator Augusto Pinochet di negaranya.
Ia menjadi simbol perjuangan dan keberanian, meskipun namanya juga terpatri dalam sejarah karena kartu merah pertamanya.
Wasit Dogan Babacan sendiri mendapat pengakuan luas atas keberaniannya menegakkan aturan baru itu, meski sempat menuai kritik dari masyarakat Chile.
Lebih lanjut, kemudian ia dihormati sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah wasit sepak bola, khususnya di Turki.
Sekarang, sistem kartu yang diilhami lampu lalu lintas menjadi bagian integral dari aturan permainan.
Kartu merah bukan sekadar tanda dikeluarkannya pemain, tapi juga menjadi lambang tegasnya aturan dan pentingnya sportivitas dalam sepak bola. Dan semuanya bermula dari keputusan berani di Berlin, pada musim panas 1974.