JAKARTA - Perpustakaan DPR RI menggelar Festival Literasi Parlemen 2025 dengan tema “Literasi Demokrasi dan Kreativitas di Parlemen”, bertempat di Ruang Perpustakaan DPR RI, Gedung Nusantara II, Lantai 2.
Festival yang digelar untuk pertama kalinya ini secara resmi dibuka oleh Deputi Persidangan Sekretariat Jenderal DPR RI Suprihartini, menandai komitmen kuat DPR RI dalam memperkuat budaya baca, demokrasi dan kolaborasi pengetahuan.
Dalam sambutannya, Suprihartini menegaskan pentingnya literasi sebagai landasan mendasar dalam menunjang pelaksanaan fungsi utama DPR RI. “Literasi menjadi kunci penting dalam mendukung fungsi parlemen, baik legislasi, anggaran, maupun pengawasan. Perpustakaan DPR RI memiliki peran strategis dalam menyediakan akses pengetahuan bagi anggota dewan, pegawai, dan masyarakat,” ungkapnya, Rabu (25/6/2025).
Festival ini, lanjut Suprihartini, merupakan ajang literasi demokrasi dan kreativitas yang dirancang untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan mulai dari penerbit, komunitas literasi, penggiat budaya, hingga publik melalui kegiatan edukatif, ekonomis, dan rekreatif.
Suprihartini juga menyampaikan harapan agar Festival Literasi ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan di tahun-tahun mendatang. Ia secara khusus memberikan apresiasi kepada Muhammad Yus Iqbal, Kepala Bagian Perpustakaan DPR RI, atas inisiatif dan komitmen yang telah ditunjukkan dalam mendorong kolaborasi literasi di lingkungan Setjen DPR RI.
“Seperti yang telah disampaikan Pak Kepala Biro Protokol dan Humas tadi, bahwa festival ini bertujuan yang pertama untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi di lingkungan DPR RI. Yang kedua, memperkenalkan perpustakaan DPRI sebagai pusat literasi parlemen,” ujar Suprihartini.
Lebih jauh, Suprihartini menjelaskan Festival Literasi Parlemen juga menjadi ajang kolaborasi antara unit kerja di lingkungan Setjen DPR RI, komunitas literasi DPR dan umum, serta para penerbit dan penggiat budaya. “Kami ingin menjadikan karya anggota DPR, unit kerja, serta pegawai DPR sebagai kekayaan kelembagaan yang dapat dipromosikan dan didokumentasikan melalui repository DPR RI,” tambahnya.
Dalam pidato pembukaannya, Suprihartini juga menekankan tema “Literasi Demokrasi dan Kreativitas di Parlemen” sangat relevan dengan program prioritas nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia berharap semangat festival ini akan menjadi kultur positif di lingkungan DPR RI.
“Kami mendukung penuh tagline buku Parlemen Kita. Mari kita jadikan literasi sebagai budaya yang tumbuh dan hidup di DPR RI. Semoga kegiatan ini memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi pengembangan pengetahuan di parlemen dan masyarakat luas,” pungkasnya.
Usai memberikan sambutan, Suprihartini secara resmi membuka Festival Literasi Parlemen 2025 dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, disambut antusiasme para peserta dan undangan yang hadir.
Festival Literasi Parlemen 2025 turut diramaikan dengan pengumuman pemenang lomba Pembacaan Visi Buku dan Biblio Battle, yang telah digelar pada 23 Juni 2025 lalu. Kedua lomba ini diikuti oleh 33 peserta, dan dewan juri memilih tiga terbaik dari masing-masing kategori. Pengumuman pemenang dilakukan secara langsung oleh Inspektur I Sekretariat Jenderal DPR RI Asep Ahmad Saefuloh yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Juri.
Selain itu, kegiatan juga diisi dengan lomba baca puisi, pojok literasi, pameran buku, dan diskusi singkat yang melibatkan komunitas sastra parlemen serta penggiat literasi lainnya.
Acara pembukaan festival turut dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional dan pejabat struktural di lingkungan Parlemen. Hadir Anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka, sejarawan JJ Rizal, serta sejumlah pejabat di lingkungan DPR dan MPR diantaranya Anies Mayangsari (JPT Pratama), Kepala Biro Humas MPR RI), Mohammad Djazuli (Kepala Biro Pimpinan Setjen DPR RI), Indra Pahlevi (Kepala Biro Pemberitaan Parlemen), Kepala Biro BKSAP DPR RI dan Muhammad Yus Iqbal (Kepala Bagian Perpustakaan Setjen DPR RI).
Kehadiran para pustakawan, komunitas literasi, dan pegawai DPR RI turut menambah semarak suasana. Acara ini menjadi momentum penting dalam menegaskan kembali bahwa parlemen bukan hanya tempat legislasi, tetapi juga rumah besar pengetahuan dan pembelajaran demokrasi.