JAKARTA - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menyatakan dukungan penuh terhadap akselerasi pelaksanaan program prioritas nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) agar menjangkau lebih banyak penerima manfaat.
"Kita semua mendorong agar Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini dapat melahirkan generasi yang sehat, aktif dan produktif. Dan tentunya membutuhkan asupan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman atau B2SA, dan sumbernya dari pangan lokal. Jadi kalau sumber pangan lokalnya misalnya sumber proteinnya di suatu daerah ikan ya ikan. Kalau sumber proteinnya ayam ya ayam. Jadi berbasis pangan lokal," ujar Kepala NFA Arief Prasetyo Adi, seusai menghadiri Rakortas Kemenko Bidang Pangan, Kamis (26/6/2025) di Jakarta.
Dukungan tersebut menyasar lima aspek strategis utama yakni penerapan prinsip pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) berbasis potensi dan kearifan lokal, edukasi gizi kepada kelompok sasaran, pengawasan keamanan pangan segar, penggunaan indikator Pola Pangan Harapan (PPH), serta pengendalian sisa pangan (food waste).
Arief menambahkan, penerapan prinsip B2SA diperkuat melalui Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal. Dalam pelaksanaannya, NFA telah menyiapkan modul edukasi dan panduan menu B2SA berbasis kearifan lokal yang dapat digunakan pemerintah daerah sebagai acuan dalam melakukan edukasi kepada para siswa penerima program MBG.
“Konsumsi pangan bergizi tidak cukup hanya diberikan, tapi juga perlu membangun pemahaman mereka. Edukasi ini penting untuk membentuk perilaku makan sehat jangka panjang, yang akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia,” tambahnya.
Dari sisi pengawasan, NFA memperkuat peran Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) di pusat dan daerah untuk menjamin keamanan pangan segar yang digunakan dalam program MBG.
“Pengawasan dilakukan melalui pengujian keamanan pangan dengan rapid test kit dan pengujian di laboratorium jika diperlukan. Selain itu juga dilakukan pengawasan penerapan sanitasi higiene di Dapur MBG.” tegas Arief.
Sebagai bagian dari penguatan kapasitas pelaksana, NFA juga menggandeng Dinas Pangan di 17 provinsi untuk memberikan pelatihan kepada tenaga pengajar Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI). Materi pelatihan mencakup penjaminan keamanan pangan segar dan peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan lokal.
Menurut Arief, NFA juga mendorong indikator skor Pola Pangan Harapan (PPH) menjadi indikator yang dapat dilihat dalam memantau keberagaman dan keseimbangan konsumsi pangan oenerima program MBG. Semakin tinggi skor PPH, semakin baik kualitas gizi dan variasi makanan yang dikonsumsi.
Tak kalah penting, NFA mendorong mekanisme pencegahan dan penanganan sisa pangan melalui edukasi porsi makan, pelatihan efisiensi pengolahan dapur MBG, serta optimalisasi pemanfaatan pangan layak konsumsi agar tidak terbuang percuma.
Adapun Program MBG ditargetkan menjangkau 82,9 juta penerima manfaat pada November 2025 dengan dukungan anggaran sebesar Rp121 triliun. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa pemerintah akan mempercepat finalisasi regulasi terkait tata kelola program agar implementasinya segera berjalan di seluruh daerah.
“Tadi kita bahas rancangan perpres terkait pengaturan tata kelola percepatan program MBG. Oleh karena itu, jelas arahan Bapak Presiden Prabowo Subianto, kita percepat agar semakin banyak, semakin cepat, anak-anak menikmati pangan bergizi. Oleh karena itu, Perpres ini mudah-mudahan minggu ini selesai. Setelah itu, kita gas untuk mencapai 82,9 juta penerima manfaat program MBG,” ujar Menko Zulhas dalam keterangan pers usai Rakortas.