Jakarta, Katakini.com - Bagi masyarakat Indonesia, gorengan seperti tempe mendoan, bakwan, hingga risoles mungkin menjadi santapan yang sulit ditolak. Namun, di dunia atletik profesional terutama sepak bola makanan ini justru dianggap sebagai "musuh dalam selimut".
Kandungan minyak berlebih dan proses penggorengan berulang menjadikan gorengan sebagai sumber lemak jenuh dan lemak trans yang sangat tinggi.
Jenis lemak ini, menurut Harvard School of Public Health, dapat memperparah kadar kolesterol jahat (LDL) dan menekan kolesterol baik (HDL). Hal ini bisa berujung pada terganggunya sirkulasi darah, sesuatu yang sangat vital bagi atlet yang bergantung pada stamina, daya tahan, dan kerja optimal jantung serta paru-paru.
Masalah tidak berhenti di sana. Sistem pencernaan juga bisa terdampak akibat konsumsi gorengan. Lemak dalam makanan tersebut memperlambat proses metabolisme, membuat tubuh terasa berat, mudah mengantuk, dan kehilangan semangat.
Kondisi ini tentu berbahaya bagi pemain yang memerlukan respons cepat dan tenaga penuh saat berlatih atau bertanding.
Efek buruk lainnya muncul dalam fase pemulihan. Tubuh seorang pesepak bola butuh asupan bergizi untuk mempercepat regenerasi jaringan otot setelah latihan intens.
Akan tetapi, gorengan justru bersifat inflamatorik dapat memicu peradangan dan menghambat proses pemulihan, bahkan meningkatkan kemungkinan cedera.
Dari aspek komposisi tubuh, gorengan juga bukan pilihan ideal. Kalori tinggi tanpa nilai gizi (empty calories) di dalamnya dapat mengganggu keseimbangan massa otot dan lemak tubuh. Akibatnya, kecepatan, kelincahan, dan daya ledak pemain bisa terpengaruh secara signifikan.
Tak hanya itu, gorengan juga miskin nutrisi penting seperti protein berkualitas, serat, vitamin, dan mineral yang mendukung performa dan daya tahan tubuh. Konsumsi berlebihan justru berisiko menurunkan sistem kekebalan tubuh dan daya konsentrasi mental, dua aspek penting dalam dunia sepak bola kompetitif.
Masalah tambahan bisa muncul dalam bentuk gangguan lambung. Gorengan dapat menyebabkan refluks asam atau perut kembung, kondisi yang sangat tidak diinginkan, apalagi menjelang pertandingan penting.
Singkatnya, meskipun menggoda dan nikmat, gorengan bukan pilihan bijak bagi para pemain sepak bola profesional. Jika ingin menjaga performa puncak, pemulihan optimal, dan daya tahan tubuh, maka mengganti gorengan dengan makanan tinggi gizi menjadi langkah penting yang tak bisa diabaikan.