• Sport

Asal Usul Kartu Kuning dan Merah dalam Sepak Bola

Vaza Diva | Sabtu, 21/06/2025 17:10 WIB
Asal Usul Kartu Kuning dan Merah dalam Sepak Bola Ilustrasi - pelatih yang sedang memprotes keputusan wasit karena memberikan kartu kepada pemain (The Guardina)

Jakarta, Katakini.com - Sanksi kartu kuning dan kartu merah dalam pertandingan sepak bola selalu menjadi elemen penting yang memengaruhi dinamika permainan.

Keduanya bukan sekadar simbol, tetapi penanda keputusan wasit yang berdampak besar terhadap jalannya laga dan psikologis para pemain.

Meski kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam setiap pertandingan, sistem kartu ini sebenarnya baru resmi diperkenalkan pada Piala Dunia 1970.

Asal-usulnya datang dari ide kreatif seorang wasit asal Inggris bernama Ken Aston—bukan dari forum resmi atau rapat organisasi sepak bola, melainkan saat ia sedang dalam perjalanan pulang.

Pengalaman pribadi Aston saat memimpin laga penuh tensi antara Inggris melawan Argentina di Piala Dunia 1966 menjadi pemicunya. Komunikasi yang tidak berjalan lancar antara dirinya dan para pemain akibat perbedaan bahasa membuatnya berpikir keras mencari solusi yang lebih universal.

Dalam perjalanan pulang, Aston melihat lampu lalu lintas dan terinspirasi. Warna kuning yang berarti ‘hati-hati’ dan merah yang berarti ‘berhenti’ kemudian ia adaptasi menjadi sistem isyarat visual dalam dunia sepak bola.

Ide ini diteruskan ke FIFA, dan akhirnya diterapkan secara resmi empat tahun kemudian di Meksiko.

Penggunaan kartu kuning dan merah langsung mendapat sambutan positif karena mempermudah komunikasi antara wasit, pemain, dan penonton. Semua pihak bisa langsung memahami keputusan yang diambil tanpa harus menunggu penjelasan verbal.

Namun, tidak semua liga menerimanya secara konsisten sejak awal. Liga Inggris sempat menghapus kartu merah pada tahun 1981 karena dianggap memperkeruh suasana pertandingan.

Tetapi setelah sejumlah evaluasi dan perbaikan regulasi, kartu merah kembali diberlakukan pada 1987, mempertegas kembali otoritas wasit di lapangan.

Seiring perkembangan zaman, penggunaan kartu kini diperkuat oleh teknologi. Hadirnya VAR (Video Assistant Referee) memungkinkan keputusan wasit dievaluasi ulang.

Tak jarang pelanggaran yang awalnya dinilai ringan bisa berubah menjadi pelanggaran berat setelah dilihat ulang dari berbagai sudut.

Contoh paling nyata terlihat dalam laga Belanda kontra Argentina pada perempat final Piala Dunia 2022. Pertandingan yang kemudian dijuluki “Battle of Lusail” ini mencatatkan 18 kartu kuning dan satu kartu merah, rekor tersendiri dalam sejarah turnamen tersebut.

Kini, kartu kuning dan merah telah menjadi bahasa universal sepak bola. Di manapun laga digelar, kartu-kartu ini menjadi simbol peringatan, ketegasan, dan ketertiban di lapangan yang dipahami tanpa perlu penerjemah.