• Gaya Hidup

Waspada! Ini Bahaya Komplikasi Akibat Hipoksia

Vaza Diva | Jum'at, 20/06/2025 13:40 WIB
Waspada! Ini Bahaya Komplikasi Akibat Hipoksia Ilustrasi - Jangan Diabaikan, Inilah Komplikasi Akibat Hipoksia (Foto: Istockphoto)

Jakarta, Katakini.com - Hipoksia mungkin terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat. Namun, kondisi kekurangan oksigen dalam tubuh ini sebenarnya bisa berujung pada komplikasi serius yang membahayakan nyawa jika tidak ditangani secara cepat dan tepat.

Di balik gejalanya yang kadang tidak mencolok, hipoksia menyimpan potensi kerusakan besar bagi organ-organ vital manusia.

Hipoksia terjadi saat tubuh, atau sebagian dari tubuh, tidak mendapatkan cukup oksigen untuk menjalankan fungsi normalnya. Dalam kondisi ringan, seseorang mungkin hanya merasa lelah, pusing, atau sesak napas. Namun jika dibiarkan berlarut-larut, dampaknya bisa jauh lebih mengkhawatirkan.

Komplikasi paling awal yang sering terjadi adalah gangguan pada otak. Tanpa asupan oksigen yang cukup, sel-sel otak mulai mengalami kerusakan.

Beberapa menit saja tanpa oksigen bisa menyebabkan penurunan kesadaran, kebingungan, hingga kejang. Dalam kondisi yang lebih parah, seseorang bisa mengalami kerusakan otak permanen bahkan koma.

Paru-paru, sebagai organ utama yang mengelola pertukaran oksigen dan karbon dioksida, juga tak luput dari dampak hipoksia.

Gangguan ini bisa memicu penyakit paru-paru akut seperti Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), yang menyebabkan paru tidak mampu menjalankan fungsinya dengan normal. Akibatnya, penderita membutuhkan bantuan ventilator untuk bernapas.

Jantung pun tak kalah terdampak. Hipoksia membuat jantung bekerja lebih keras untuk mencoba menyuplai oksigen ke seluruh tubuh. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memicu gangguan irama jantung, serangan jantung mendadak, hingga gagal jantung kongestif.

Dokter spesialis jantung, dr. Andi Prakoso, menjelaskan bahwa pasien hipoksia kronis kerap mengalami tekanan darah tinggi dan pembesaran jantung karena beban kerja yang terus meningkat.

Selain itu, hipoksia juga bisa mengganggu fungsi ginjal dan hati. Dua organ ini sangat sensitif terhadap perubahan kadar oksigen. Jika keduanya tak lagi mendapat suplai oksigen yang cukup, maka proses detoksifikasi tubuh dan penyaringan darah terganggu, memperburuk kondisi pasien secara keseluruhan.

Pada ibu hamil, hipoksia yang tidak tertangani dapat berdampak buruk tidak hanya bagi sang ibu, tetapi juga janin. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan berisiko mengalami gangguan perkembangan otak atau cacat lahir.

Yang membuat hipoksia kian berbahaya adalah sifatnya yang kadang datang diam-diam. Banyak orang tak menyadari bahwa napas yang berat atau kepala yang ringan adalah tanda-tanda awal tubuh mulai kekurangan oksigen.

Oleh karena itu, penting untuk lebih peka terhadap sinyal tubuh dan segera mencari pertolongan medis jika merasakan keluhan yang tidak biasa.

Dokter-dokter kini juga mengimbau masyarakat untuk mulai mengenal alat pengukur kadar oksigen dalam darah, atau oksimeter, yang dapat digunakan di rumah.

Alat ini bisa menjadi penyelamat, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan seperti asma, penyakit jantung, atau sedang dalam masa pemulihan dari infeksi pernapasan.

Hipoksia memang bukan kondisi yang bisa dianggap sepele. Jika dibiarkan, komplikasinya bisa memengaruhi kualitas hidup seseorang secara permanen.

Karena itu, langkah terbaik adalah dengan mengenalinya sejak dini, menjaga kesehatan paru dan jantung, serta selalu waspada terhadap gejala-gejala kecil yang muncul. Dalam hal ini, mencegah jauh lebih baik daripada mengobati.

(Sumber: halodoc.com)