Jakarta, Katakini.com - Ketika ketegangan geopolitik meningkat, seperti konflik di Timur Tengah atau ancaman eskalasi global, investor cenderung mencari aset pelindung nilai (safe haven) yang dapat bertahan dari volatilitas pasar.
Harga saham tertekan, inflasi meningkat, dan risiko rantai pasok menguat. Dari semua opsi, ada lima jenis aset nyata dan digital yang terbukti relatif aman dan tahan banting dalam kondisi tidak menentu.
Pilihan investasi ini dipilih berdasarkan kinerja historis saat krisis, rekomendasi dari analis global, dan dukungan literatur pengelolaan risiko finansial modern.
Setiap jenis aset membawa karakteristik unik, ada yang menawarkan likuiditas tinggi dan ada yang berdampak besar saat inflasi dan geopolitik memanas. Tujuannya ialah membangun portofolio yang lebih tangguh tanpa mempertaruhkan likuiditas.
Menghimpun dari berbagai sumber, berikut ini lima barang yang layak dipertimbangkan saat dunia sedang diambang ketidakpastian
1. Emas Fisik atau ETF
Emas tetap menjadi aset pelindung klasik saat krisis global. Harganya menanjak hampir terus sejak beberapa tahun terakhir.
Para bank sentral termasuk di China, India, dan Turki menambah cadangan emasnya selama tiga tahun terakhir karena ketidakpastian sistem finansial.
Meski tidak menghasilkan aliran pendapatan, emas menawarkan diversifikasi dan nilai intrisik yang tidak tergantung janji pihak ketiga.
2. Obligasi Pemerintah AS (Treasuries)
Obligasi pemerintah AS, terutama jangka pendek hingga menengah, sering dianggap aset sangat aman karena dijamin negara. Meskipun imbal hasilnya rendah, mereka sangat likuid dan efektif sebagai penyeimbang saat pasar saham bergejolak.
Namun catatan, yield obligasi sempat meningkat di tengah gejolak terakhir, jadi investor perlu mempertimbangkan durasi portofolionya.
3. Uang Tunai atau Deposito High-Yield
Memegang uang tunai dalam bentuk likuid, seperti saldo rekening atau deposito berjangka tinggi menawarkan fleksibilitas paling tinggi. Risiko kerugian sangat minim asalkan disimpan di lembaga terjamin.
Selama ketidakpastian, permintaan terhadap uang tunai cenderung meningkat karena orang butuh akses dana cepat .
4. Saham Sektor Defensif
Sektor defensif seperti utilitas, barang konsumsi sehari-hari, dan kesehatan—umumnya lebih stabil saat ekonomi melemah.
Data menunjukkan kelompok saham ini mampu mempertahankan performa relatif saat pasar secara keseluruhan tertekan. Investor bisa berinvestasi lewat ETF terdiversifikasi di sektor ini untuk mengurangi risiko.
5. Komoditas Energi dan Mitigasi Inflasi
Ketika konflik global mengancam pasokan energi, harga minyak dan gas cenderung melonjak. Carter analis merekomendasikan diversifikasi termasuk energi, karena memberikan hedge jangka pendek saat harga komoditas global naik.
Alternatifnya ialah investasi lewat saham energi atau ETF sektor energi, bukan hanya komoditas langsung.