• Bisnis

Menuju Kemandirian Pangan, NFA Dorong Implementasi Perpres 81/2024

Eko Budhiarto | Kamis, 19/06/2025 15:35 WIB
Menuju Kemandirian Pangan, NFA Dorong Implementasi Perpres 81/2024 Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi (foto:NFA)

JAKARTA - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus memperkuat langkah konkret menuju kemandirian dan kedaulatan pangan nasional. Salah satu upaya strategis yang kini tengah digencarkan adalah mendorong implementasi Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, Perpres tersebut hadir sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk membangun kemandirian pangan dengan mengoptimalkan potensi dan sumber daya pangan lokal.

“Jadi di dalam perpres tersebut, sudah ada tugas masing-masing K/L terkait dalam rangka mempercepat penganekaragaman pangan ini. Karena tidak mungkin dikerjakan sendiri, butuh sinergi dan kolaborasi semua pihak,” kata Arief dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (19/6/2025).

Arief mengatakan, pemerintah melalui Kemendagri juga tengah mendorong implementasi Perpres ini, dan telah disampaikan kepada gubernur dan bupati di seluruh Indonesia. Melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah (pemda) agar memanfaatkan potensi pangan lokal dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan.

Indonesia memiliki kekayaan kearifan pangan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah menyimpan potensi pangan yang unik dan bernilai tinggi, baik sebagai sumber karbohidrat maupun protein.

"Kita tidak perlu memaksakan sumber daya yang tidak sesuai dengan potensi daerah. Masyarakat kita sejak dahulu sudah sangat bijak dalam memanfaatkan sumber pangan yang tersedia secara lokal," ujarnya.

Arief mencontohkan sorgum sebagai salah satu komoditas pangan lokal yang potensial, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perubahan iklim.

"Sorgum dikenal sebagai tanaman tanah kering dan cocok ditanam di lahan marginal, memiliki potensi besar di Indonesia, terutama di wilayah seperti Nusa Tenggara Timur. Tanaman ini dibudidayakan di negara tetangga seperti Timor Leste yang memiliki karakteristik tanah mirip dengan daerah-daerah kering di Indonesia,” ujar Arief.

Ia menambahkan, sorgum memiliki keunggulan karena seluruh bagian tanamannya bisa dimanfaatkan—mulai dari akar, batang, daun, hingga biji. Biji sorgum sendiri dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti nasi goreng, kue, hingga menu sehat yang kini sedang tren di kalangan masyarakat urban.

“Lahan produktif bisa tetap kita gunakan untuk padi dan jagung, sedangkan lahan-lahan marginal dapat dioptimalkan dengan tanaman seperti sorgum. Ini solusi cerdas untuk meningkatkan produksi pangan menjadi lebih beragam,” lanjut Arief.

Menurut Arief, tugas kita saat ini adalah menginformasikan, mengampanyekan kembali, dan menyiapkan tata kelola yang mendukung pemanfaatan pangan lokal secara berkelanjutan.

“Ini bukan hanya soal mengganti impor, tetapi mewujudkan kemandirian pangan, membangun swasembada pangan sebagaimana arahan Presiden Prabowo Subianto. Dengan pendekatan ini, kita memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional secara menyeluruh” pungkasnya.