• News

Ancam Balas Serangan, Pemimpin Tertinggi Iran Kecam Agresi Udara Israel

Vaza Diva | Jum'at, 13/06/2025 18:30 WIB
Ancam Balas Serangan, Pemimpin Tertinggi Iran Kecam Agresi Udara Israel Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei (Foto: Office of the Iranian Leader/AP)

Jakarta, Katakini.com - Situasi geopolitik di Timur Tengah memanas tajam setelah Israel melakukan serangan udara berskala besar terhadap wilayah Iran, pada Jumat dini hari (13/6).

Serangan militer yang diberi nama sandi Rising Lion ini menyasar berbagai lokasi penting di sejumlah kota utama Iran, termasuk Teheran sebagai ibu kota, instalasi nuklir di Natanz (Provinsi Isfahan), serta wilayah strategis lainnya seperti Tabriz, Kermanshah, Lorestan, dan Hamadan.

Ledakan dahsyat terdengar hampir bersamaan di berbagai wilayah. Beberapa lokasi penting, termasuk markas Komando Garda Revolusi Islam (IRGC) di Teheran, hancur akibat serangan.

Laporan awal menyebutkan jatuhnya korban jiwa dari kalangan sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Serangan ini juga merobohkan sejumlah bangunan permukiman dan memicu kepanikan massal. Bandara Internasional Imam Khomeini pun menghentikan semua operasionalnya.

Tak lama setelah serangan pertama, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, mengeluarkan pernyataan resmi yang mengutuk aksi militer tersebut.

Lebih lanjut, dalam pidatonya ia menyebut Israel sebagai pelaku kejahatan keji dan menjanjikan pembalasan besar dan menyampaikan bahwa beberapa komandan militer dan ilmuwan penting Iran telah gugur, namun menegaskan bahwa perjuangan tidak akan berhenti dan akan segera dilanjutkan oleh generasi penerus mereka.

Sementara itu, militer Israel merilis pernyataan bahwa serangan ini bersifat preventif, dengan tujuan utama melumpuhkan infrastruktur nuklir Iran yang mereka klaim hampir siap memproduksi senjata nuklir dalam hitungan hari.

Serangan disebut sebagai tindakan presisi yang menyasar lokasi-lokasi vital, bukan pemukiman warga sipil. Di Israel sendiri, sirene peringatan dibunyikan secara nasional sebagai bentuk kesiapsiagaan terhadap kemungkinan serangan balasan dari Iran.

Dampak dari operasi tersebut segera terasa. Televisi pemerintah Iran menayangkan gambar kehancuran di pusat kota Teheran, memperlihatkan bangunan yang luluh lantak dan korban jiwa di antara reruntuhan.

Dua ilmuwan nuklir terkemuka, Dr. Fereydoon Abbasi dan Dr. Mohammad Mehdi Tehranchi, dipastikan tewas. Selain itu, Mayor Jenderal Hossein Salami, salah satu petinggi IRGC, juga gugur. Beberapa tokoh lain seperti Gholam Ali Rashid dan Ali Shamkhani turut menjadi target, dengan laporan kondisi kritis bagi sebagian dari mereka.

Di pihak Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa operasi militer belum selesai. Ia mengklaim bahwa negaranya kini berada pada titik krusial dan tidak punya pilihan lain selain bertindak.

Ia menambahkan bahwa Israel akan terus menyerang hingga seluruh kemampuan militer dan nuklir Iran dinetralkan. Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, mengumumkan mobilisasi besar-besaran tentara dan kesiapsiagaan total di seluruh garis perbatasan.

Pemerintah Israel juga menetapkan status darurat nasional, menutup Bandara Ben Gurion, membunyikan sirene peringatan di berbagai kota, serta menangguhkan semua aktivitas publik yang tidak esensial.

Warga diminta berlindung dan bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Iran. Seorang pejabat militer tinggi, Tzvika Tessler, menyatakan bahwa Israel bersiap menghadapi segala kemungkinan, termasuk serangan rudal jarak jauh dari wilayah timur.

Dari Washington, Amerika Serikat menyatakan sikap hati-hati atas perkembangan ini. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan bahwa Israel bertindak secara sepihak, namun AS telah mengambil langkah untuk melindungi personel militernya di kawasan tersebut.

Rubio mengingatkan Iran agar tidak menyasar kepentingan atau warga Amerika Serikat, sembari menambahkan bahwa Presiden Trump telah memerintahkan evakuasi staf non-esensial dari kedutaan dan keluarga mereka.

Situasi ini menandai eskalasi besar dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Iran, dengan risiko perluasan konflik ke kawasan lain di Timur Tengah.

Dunia internasional pun kini menunggu apakah Iran akan membalas, dan seberapa besar efek domino yang akan ditimbulkan dari konflik bersenjata dua kekuatan utama regional ini.

Sumber: https://english.almayadeen.net/