MOSKOW - Rusia meminta pengawas nuklir PBB pada hari Jumat untuk menengahi antara Moskow dan Washington untuk menyelesaikan masalah tentang apa yang harus dilakukan dengan bahan bakar nuklir AS yang disimpan di pembangkit listrik Ukraina yang dikendalikan oleh pasukan Rusia.
Rusia ingin menghidupkan kembali PLTN Zaporizhzhia yang tidak beroperasi, yang terletak di dekat salah satu garis depan perang di Ukraina dan pernah menghasilkan seperlima listrik Ukraina. Masalah bahan bakar adalah salah satu dari banyak masalah yang menghalangi.
Rafael Grossi, kepala Badan Tenaga Atom Internasional, mengatakan kepada Reuters minggu ini bahwa menghidupkan kembali PLTN tersebut saat ini tidak mungkin karena kurangnya pasokan listrik yang stabil dan air untuk pendinginan.
Kepala tenaga nuklir Rusia Alexei Likhachev mengatakan setelah bertemu Grossi pada hari Jumat bahwa Rusia bersedia menggunakan bahan bakar yang dipasok oleh perusahaan AS Westinghouse, atau menghapusnya sepenuhnya dan mengembalikannya ke Amerika Serikat.
Westinghouse dan pejabat energi AS sebelumnya telah menyampaikan kekhawatiran tentang hak kekayaan intelektual dengan Rusia terkait masalah bahan bakar, katanya dalam komentar yang disiarkan televisi. Kantor berita negara RIA mengutip Grossi yang mengatakan bahwa IAEA bersedia menjadi penengah.
Rusia dan Ukraina saling tuduh atas penembakan di pabrik nuklir Zaporizhzhia, yang terbesar di Eropa, yang meningkatkan risiko kecelakaan serius.
Likhachev mengatakan Rusia telah menyiapkan "rencana komprehensif" untuk komisioning bertahap pabrik tersebut, tetapi rencana itu hanya dapat dilaksanakan jika semua ancaman militer disingkirkan.
Fasilitas itu diduduki Rusia pada Maret 2022, tak lama setelah pasukannya memasuki Ukraina pada awal perang. Fasilitas itu memiliki enam reaktor, yang terakhir berhenti menghasilkan listrik pada September 2022.