• Sains

Ilmuwan di Jepang Kembangkan Plastik yang Larut dalam Air Laut dalam Hitungan Jam

Yati Maulana | Minggu, 08/06/2025 01:01 WIB
Ilmuwan di Jepang Kembangkan Plastik yang Larut dalam Air Laut dalam Hitungan Jam Seorang peneliti menunjukkan sampel plastik yang dapat terurai di laut di Center for Emergent Matter Science milik lembaga penelitian Jepang Riken di Wako, Prefektur Saitama, Jepang, 27 Mei 2025. REUTERS

WAKO - Para peneliti di Jepang telah mengembangkan plastik yang larut dalam air laut dalam hitungan jam, menawarkan solusi potensial untuk bencana masa kini yang mencemari lautan dan membahayakan satwa liar.

Sementara para ilmuwan telah lama bereksperimen dengan plastik yang dapat terurai secara hayati, para peneliti dari RIKEN Center for Emergent Matter Science dan Universitas Tokyo mengatakan material baru mereka terurai jauh lebih cepat dan tidak meninggalkan jejak residu.

Di sebuah laboratorium di kota Wako dekat Tokyo, tim tersebut menunjukkan sepotong kecil plastik yang menghilang dalam wadah berisi air garam setelah diaduk selama sekitar satu jam. Meskipun tim tersebut belum merinci rencana komersialisasi apa pun, pimpinan proyek Takuzo Aida mengatakan penelitian mereka telah menarik minat yang signifikan, termasuk dari mereka yang bergerak di sektor pengemasan.

Para ilmuwan di seluruh dunia berlomba-lomba mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi krisis sampah plastik yang terus meningkat, sebuah upaya yang didukung oleh kampanye kesadaran seperti Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juni.

Polusi plastik diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2040, menurut prediksi Program Lingkungan PBB, yang akan menambah 23-37 juta metrik ton sampah ke lautan dunia setiap tahun. Iklan · Gulir untuk melanjutkan

"Anak-anak tidak dapat memilih planet tempat mereka akan tinggal. Merupakan tugas kita sebagai ilmuwan untuk memastikan bahwa kita meninggalkan mereka dengan lingkungan terbaik," kata Aida.

Aida mengatakan material baru ini sekuat plastik berbasis minyak bumi tetapi terurai menjadi komponen aslinya saat terkena garam. Komponen tersebut kemudian dapat diproses lebih lanjut oleh bakteri yang ada di alam, sehingga menghindari pembentukan mikroplastik yang dapat membahayakan kehidupan akuatik dan memasuki rantai makanan.

Karena garam juga terdapat di tanah, sepotong berukuran sekitar lima sentimeter (dua inci) hancur di darat setelah lebih dari 200 jam, tambahnya.

Material tersebut dapat digunakan seperti plastik biasa saat dilapisi, dan tim tersebut memfokuskan penelitian mereka saat ini pada metode pelapisan terbaik, kata Aida. Plastik tersebut tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan tidak mengeluarkan karbon dioksida, tambahnya.