Jakarta, Katakini.com - Bagi para penggemar Arsenal, Arsène Wenger dianggap sebagai sosok legendaris bagi klub. Sejak awal membesut The Gunners, dari masa mereka bermarkas di Highbury hingga pindah ke Emirates Stadium, Wenger telah membawa berbagai prestasi yang sulit untuk ditandingi hingga saat ini.
Karena kontribusinya yang luar biasa, Wenger mendapat julukan "The Professor". Julukan ini bukan hanya sekadar candaan media atau sindiran dari suporter Inggris, melainkan menggambarkan kepribadiannya yang intelektual, pendekatannya yang berbasis ilmiah dalam sepak bola, serta kemampuannya yang luar biasa dalam merubah budaya sepak bola Inggris.
Latar belakang Wenger memang mendukung julukan itu. Dia meraih gelar master di bidang ekonomi dari Universitas Strasbourg di Prancis. Kemampuannya berbicara dalam enam bahasa, termasuk Inggris, Jerman, Spanyol, dan Jepang, juga mencerminkan kapasitas intelektual yang jauh melampaui rata-rata pelatih sepak bola pada umumnya.
Saat datang ke Arsenal pada 1996, Wenger adalah sosok asing dalam banyak hal. Dia pelatih Prancis pertama di Liga Inggris dan membawa pendekatan yang belum lazim saat itu.
Wenger langsung mengubah budaya internal klub, mulai dari pola makan sehat, larangan konsumsi alkohol, hingga sistem latihan yang berbasis data dan sains olahraga. Langkah-langkah ini sempat ditertawakan, tapi hasilnya sukses membungkam kritik.
Keberhasilan awal Wenger puncaknya terjadi di musim 1997-1998 ketika Arsenal meraih double winner yaitu Liga Premier dan FA Cup. Tapi tonggak utamanya datang pada musim 2003-2004 saat dia memimpin “The Invincibles” sebagai tim yang menjuarai liga tanpa sekalipun kalah, sebuah rekor yang belum tersentuh hingga kini.
Dari situlah Wenger bukan hanya dipandang sebagai pelatih sukses, tapi juga sebagai pemikir yang mengubah cara bermain sepak bola Inggris.
Namun, julukan “The Professor” bukan hanya soal trofi. Wenger adalah pelatih yang percaya bahwa sepak bola adalah seni dan ilmu. Ia menolak sepak bola yang hanya pragmatis, dan selalu mengejar gaya bermain indah.
Menurut dia, kemenangan seharusnya datang melalui kerja sama yang harmonis dan teknik yang sempurna, bukan semata-mata fisik atau keberuntungan. Ini menjadi filosofi dasar Arsenal selama dua dekade di bawah asuhannya.
Salah satu ciri khas Wenger ialah keberaniannya mengembangkan pemain muda. Wenger mempercayai talenta yang belum matang dan memberikan mereka jam terbang yang cukup, mulai dari Thierry Henry, Patrick Vieira, Cesc Fàbregas, dan Robin van Persie.
Setelah meninggalkan Arsenal pada 2018, Wenger tetap aktif di dunia sepak bola sebagai Kepala Pengembangan Sepak Bola Global FIFA. Dia juga terlibat dalam reformasi kalender internasional dan pengembangan akademi di negara-negara berkembang, seperti India dan negara-negara Afrika, untuk mencari talenta global dan mengangkat mutu sepak bola dunia.