• Oase

Mengapa Orang yang Telah Haji Sangat Dihormati pada Zaman Kolonial?

Vaza Diva | Jum'at, 06/06/2025 04:04 WIB
Mengapa Orang yang Telah Haji Sangat Dihormati pada Zaman Kolonial? Ilustrasi - Jamaah haji (foto:Kementerian Agama/ist)

Jakarta, Katakini.com - Pada masa kolonial Belanda, orang yang baru pulang dari ibadah haji mendapatkan penghormatan yang tinggi dalam masyarakat Indonesia. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan status spiritual mereka, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, dan politik yang berlangsung pada masa itu.

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pencapaian besar dalam kehidupan seorang Muslim. Namun, tidak semua orang mampu menunaikan haji pada masa kolonial, karena biaya yang tinggi dan keterbatasan transportasi.

Oleh karena itu, orang yang berhasil menunaikan haji dianggap memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi. Mereka dipandang sebagai pribadi yang kaya, berilmu, dan memiliki status yang sangat dihormati dalam masyarakat.

Pada masa penjajahan Belanda, banyak aspek kehidupan sosial dan politik Indonesia yang dikendalikan oleh penjajah. Namun, ibadah haji tetap menjadi salah satu cara bagi umat Muslim untuk merasakan kebebasan spiritual.

Meskipun dalam bentuk yang lebih pribadi, perjalanan haji menjadi simbol perjuangan melawan penjajahan. Orang yang baru pulang haji sering dianggap telah meraih kebebasan pribadi yang membuat mereka mendapatkan status terhormat di mata masyarakat.

Selain itu, perjalanan haji memerlukan biaya yang tidak sedikit. Hanya golongan tertentu yang memiliki kekuatan ekonomi yang cukup, seperti pedagang besar atau golongan bangsawan, yang mampu menunaikan ibadah ini.

Karena itu, orang yang baru pulang haji sering dianggap memiliki kedudukan ekonomi yang mapan, sehingga secara otomatis mereka dihormati lebih oleh masyarakat sekitar.

Selain status sosial dan ekonomi, orang yang baru pulang haji juga sering dianggap lebih terpelajar. Selama perjalanan haji, mereka berkesempatan untuk berinteraksi dengan ulama dan orang-orang terpelajar dari berbagai belahan dunia.

Wawasan yang mereka peroleh mengenai agama Islam menjadikan mereka panutan dalam masyarakat, terutama dalam hal pengetahuan agama dan kebijaksanaan.

Dengan demikian, orang yang baru pulang haji pada masa kolonial Belanda mendapatkan penghormatan yang tinggi karena keberhasilan mereka dalam menunaikan ibadah haji, yang tidak hanya dianggap sebagai pencapaian spiritual, tetapi juga sebagai simbol status sosial dan ekonomi yang kuat.

Mereka dipandang sebagai orang yang berilmu dan memiliki kebijaksanaan lebih, sehingga dihormati dan dihargai dalam masyarakat Indonesia pada masa itu.