Jakarta, Katakini.com - Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang menjadi impian setiap Muslim di seluruh dunia. Namun, tak sedikit yang belum berkesempatan menunaikannya karena biaya besar dan antrean panjang.

Lantas, bagaimana Islam memandang mereka yang belum mampu berhaji? Apakah kewajiban itu tertunda? Apa yang bisa dilakukan selama menunggu kesempatan itu?

Dalam Islam, kewajiban berhaji hanya diwajibkan bagi yang memiliki kemampuan baik secara fisik, finansial, maupun kondisi keamanan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 97:

“...Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah...”

Ayat ini menegaskan bahwa syarat utama haji adalah kemampuan (istitha’ah). Oleh karena itu, seseorang yang benar-benar belum mampu tidak berdosa menunda ibadah ini.

Rasulullah SAW juga mengajarkan bahwa haji bukan kewajiban tahunan agar tidak memberatkan umatnya. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

"Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji atas kalian, maka berhajilah." Seorang laki-laki bertanya, "Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?" Nabi menjawab, "Jika aku katakan ya, niscaya akan menjadi wajib dan kalian tidak akan mampu." (HR. Muslim)

Bagi yang belum mampu berhaji, dianjurkan untuk memperkuat niat, menabung, serta memperbanyak amalan ibadah lain seperti salat, puasa sunnah, sedekah, dan zikir. Banyak amal yang pahalanya mendekati keutamaan haji.

Salah satu hadits menyebutkan:

“Barang siapa berjalan untuk menunaikan salat wajib berjamaah, maka ia seperti orang yang berhaji.” (HR. Abu Dawud)

Selain itu, berbuat kebaikan seperti membantu sesama, menyantuni fakir miskin, dan berkurban saat Idul Adha juga merupakan amal mulia yang dapat mendekatkan pahala haji.

Doa dan tawakkal kepada Allah juga sangat penting. Banyak kisah nyata di mana orang-orang biasa yang awalnya merasa mustahil, akhirnya mampu menunaikan haji karena niat dan doa yang kuat.