Jakarta, Katakini.com - Musim 2024/25 awalnya menjanjikan kejayaan bagi Inter Milan. Dengan skuad solid tanpa banyak bintang, mereka tampil impresif di bawah arahan pelatih Simone Inzaghi.
Hingga Maret, Nerazzurri memimpin klasemen Serie A dengan keunggulan tipis atas Napoli. Di kancah Eropa, Inzaghi membawa Inter ke final Liga Champions sebagai wakil Italia. Namun, hasil akhir mengecewakan.
Di Serie A, Inter harus puas di posisi runner-up, tertinggal satu poin dari Napoli yang sukses merebut gelar scudetto keempat. Kekecewaan bertambah saat Inter kalah telak 0-5 dari Paris Saint-Germain di final Liga Champions di Allianz Arena, München. Kekalahan terbesar dalam sejarah final kompetisi ini.
Simone Inzaghi mengakui performa tim yang menurun dan kelelahan sebagai faktor utama kekalahan tersebut. Selain itu, Inter juga gagal meraih gelar domestik, tersingkir di semifinal Coppa Italia dan kalah di final Supercoppa Italiana dari AC Milan. Musim ini berakhir tanpa trofi meski Inter tampil di tiga final.
Kekalahan final Liga Champions menjadi pengalaman pahit kedua Inzaghi bersama Inter setelah kalah dari Manchester City tahun lalu. Namun, beberapa pencapaian positif tetap tercatat, seperti Lautaro Martínez yang menjadi top skor klub dengan 22 gol dan kemenangan dramatis atas Barcelona di semifinal Liga Champions dengan agregat 7-6.
Meski demikian, hasil itu tak mampu menghapus rasa kecewa para penggemar Inter Milan atas musim yang penuh harapan tapi berakhir pilu.